MENJADI SUAMI IDAMAN

4.22.2009 ·

Penukil : Abu Hamzah Al-indrimi
Pertengkaran yang sering terjadi dan berlarut-larutbisa membuat keluarga berantakan.Seringlah merenung, tabunglah pertimbangan.
Ada suami yang sering berteng-kar. Ia selalu siap untuk bertengkar dengan istrinya bahkan dalam masa-lah sepele.Seringkali perselisihan itu dise-babkan oleh hal-hal yang remeh. De-ngan sedikit akal dan jiwa besar, se-seorang bisa memandangnya de-ngan tersenyum. Kehidupan pada umumnya, rumah tangga pada khu-susnya, tidak lepas dari hal-hal yang melelahkan jiwa dan mengeruhkan pikiran. Jika manusia terus-menerus dalam kepedihan karena berbagai persoalan kecil, hal itu hanya akan membuat jiwanya makin sempit, akalnya dangkal dan terlalu cepat bersedih.
Jika kita renungkan, sangat se-dikit orang yang pikirannya sejalan dengan keinginan kita. Karena itu, sebaiknya kita tidak menunggu ter-lalu lama untuk menyimpulkan: kita membidik sesuatu yang mustahil.
Yang terbaik bagi kita adalah memperlakukan orang (terutama yang berinteraksi langsung) secara apa adanya, menghormati dan tidak menghinanya. Hal itu menjadikan kita berjiwa luas, menerima peker-jaan-pekerjaan kecil dengan lapang dada dan jiwa tenang, berusaha me-mecahkan persoalan dengan tidak tergesa-gesa, memandang jauh dalam berbagai urusan, tanpa menyepelekan atau terlalu mencemaskan sesuatu.
Suami hendaknya tidak menjadi-kan rumahnya sebagai arena caci maki. Tidak memaksakan semua pendapatnya pada istrinya, benar ataupun salah.
Yang harus dilakukan oleh setiap suami adalah menghormati pen-dapat istrinya, agar komunikasinya dengan sang istri disejukkan oleh embun cinta kasih, selalu berorientasi pada kebaikan. Jiwa hanya dapat digiring dengan kata-kata jujur dan argumen yang terkendali.
Suami-istri tak perlu berdebat secara panjang lebar, sehingga ber-ujung pada pertengkaran. Sebaik-nya masing-masing menarik pen-dapatnya jika telah nampak kebe-naran pada sebuah pendapat.
Alloh berfirman,
“Dan hendaklah mereka memaaf-kan dan berlapang dada.” (QS. An Nur: 22).
Jika perdebatan sudah memanas, sebaik-baik cara untuk mengatasi-nya adalah meninggalkannya, dan beralih ke topik yang lain. Tidak bijak membawa kehidupan rumah tangga pada kehancuran gara-gara meneruskan hal-hal yang tak ber-guna.
Alloh berfirman,
“Maka barangsiapa mema`afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Alloh.” (QS. Asy-Syu-ra: 40).Saling menghormati di antara suami-istri menjadikan semangat me-wujudkan kasih sayang lebih ber-harga daripada sekadar pendapat tentang sebuah urusan. Mengubah perabot rumah tangga atau memilih warna kasur, tak pantas dijadikan bahan perselisihan yang mengan-cam bangunan rumah tangga.
Lakukanlah kompromi. Berkom-promi bukan berarti kalah dan mem-biarkan pasangan menang. Kompro-mi didasarkan pada rasa saling meng-hormati. Sebagai contoh, biasanya, seorang istri lebih hati-hati dibanding suami, dan ketika suatu waktu berse-lisih pendapat tentang keuangan yang harus diperketat untuk tidak terlalu membeli banyak barang, baik suami maupun istri harus saling menghor-mati pertimbangan masing-masing.
Hindarkan juga sikap menjustify (penilaian yang menyudutkan) berupa seruan dan ujaran seperti, “Kamu ti-dak pernah suka kalau…”, “Seandai-nya kamu peduli…”, “Kamu tidak ta-hu apa-apa, coba kamu ada di posisi saya…” Kalimat seperti itu merupakan “pukulan KO” untuk upaya memba-has perbedaan secara konstruktif. Se-olah semua kesalahan ditimpakan pa-da lawan bicara. Perlembutlah ucap-kan dan lunakkanlah suara. Pilih kata-kata yang baik dan tidak menyakitkan.Diantara sifat buruk lainnya yang biasa menghinggapi sang suami adalah; kurang berterima kasih ke-pada Istri.
Pandai berterima kasih adalah pertanda budi pekerti. Orang yang pertama kali berhak mendapatkan-nya dari suami adalah sang istri.Ada suami yang tidak berterima kasih kepada istrinya ketika ia ber-buat baik. Ia tidak pernah mendo-rong istrinya melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya.
Sebagai contoh, sang istri telah menyiapkan makanan yang dise-nangi suami, membuat kehormatan-nya terangkat ketika tamu datang, merawat anak-anak dengan sebaik-baiknya, menampilkan diri di hadap-an suaminya dengan pakaian yang terbaik, penampilan menawan, dan seterusnya. Walau begitu ia tidak pernah menerima ucapan terima kasih, senyum kepuasan atau pan-dangan lembut dan kasih sayang, apalagi hadiah. Sikap ini termasuk bakhil, kasar dan penghinaan.
Terkadang suami berdalih pada dirinya sendiri; khawatir istrinya merasa tersanjung dan terpedaya, jika ia berterima kasih atau memuji-nya.
Ucapan ini tidak benar secara mutlak. Wahai suami yang mulia! Jangan bakhil terhadap sesuatu yang mendatangkan kebahagiaan untukmu dan istrimu. Jangan lupa-kan hal-hal kecil seperti ini, karena ia mempunyai manfaat dan penga-ruh luar biasa.
Apa ruginya jika kita memuji istri karena kecantikannya dan kerajinan-nya? apa ruginya jika kita berterima kasih padanya atas suguhan yang ia siapkan untuk tamu kita? berterima kasih karena telah mengurus rumah dan anak-anak, walaupun ia melaku-kannya sebagai kewajiban. Semua itu dapat memperkuat kasih sayang an-tara suami-istri.
Jika istri mendapatkan perlaku-an seperti itu dari suaminya, ia akan bahagia dan bertambah rajin. Ia makin terdorong untuk melayani suaminya dan bersegera menuju keridhoannya. Ia mendapatkan ka-sih sayang, belas kasih dan peng-hargaan.
Jika hatinya sarat dengan ber-bagai spirit dan dorongan ini, maka ia akan hidup bersama suaminya dengan penuh kedamaian dan ke-tentraman. Manfaatnya akan kem-bali kepada suami dengan mem-bawa cinta dan kegembiraan.
Rasululloh bersabda sebagai wa-siat bagi para suami, “Orang mu’min yang paling sempurna imannya ada-lah yang paling baik akhlaknya, dan yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik kepada istrinya.” (HR. Tirmidzi).

0 komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
aku hanya insan biasa , tiada ape yg istimewa.

Kritik dan saran


ShoutMix chat widget

Live Traffic Feed

Hiburan