SEBUAH RENUNGAN DI BULAN SUCI RAMADHAN

8.21.2009 · 0 komentar

1.MUQODDIMAH
Segala puji bagi Alloh Ta'la yang telah merubah bulan-bulan dan juga hari,yang telah menjadikan siang dan malam silih berganti,hal demikian itu bagi orang yang ingin mentafakkuri ayat-ayat Alloh dan bagi orang yang ingin bersyukur.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad 'alihis sholatu wassalam.dan para keluarga dan sahabatnya sampai hari kiamat.
Saudaraku yang Budiman..
Aku mencoba untuk merenungi "sebagian"makna bulan suci Romadhon,semoga saja aku bisa menemukan keagungannya dan ternyata setiapkali kutemukan sebuah makna Romadhon ku temukan sebuah makna yang lainnya.dan setiap kali ku nikmati satu sentuhan lembutnya,ku dapati ratusan sentuhan lainnya datng menyapaku.Terang saja Aku tidak tahu,dari mana ku memulai tulisan sederhana ini,dan Aku pun tidak tahu sampai dimana ia akan berhenti.hanya saja sejenak ku telah berenang dengan akal dan jiwaku,ku terus coba menyeretnya agar mau berenang di lautan yang penuh Cahaya,Kebaikan dan Keindahan.serta melebur di Karunia Alloh Ta'ala yang agung.lautan itu adalah "Sang Romadhon".Dan seiring telah di lihatnya Hilal pertanda awal Romadhon maka itu secara tidak langsung merupakan peringatan kepada umat Islam akan dimulainya kewajiban untuk saling berkasih sayang,berbakti sosial,dan berbuat kebaikan.dan seolah-olah Ku dengar panggilan langit yang menyeru kepada penghuni seluruh jagat ini bahwasanya "PINTU-PINTU SYURGA TELAH DI BUKA,PINTU-PINTU NERAKA TELAH DI TUTUP,DAN SYETAN PUN TELAH DI BELENGGU"dan agaknya momen spesial ini patut untuk di renungi bersama,karena kalau sang pembuka pintu syurga itu Alloh Ta'ala maka tentu menjadi pembukaan yang seindah-indahnya,dan jika sang penutup pintu neraka itu Alloh Ta'ala maka akan menjadi penutupan yang serapat-rapatnya,dan jika yang membelenggu syaitan itu Alloh Ta'ala maka itu adalah sekuat-kuatnya belenggu,dan hal ini hanya terjadi di bulan Romadhon saja,sebab di selainnya tidak dielakkan lagi terjadi peperangan dahsyat antara umat manusia dan syaitan,jiwa dan hawa nafsunya.pokoknya bulan-bulan itu penuh dengan keletihan,kesmpitan dan kesusahan,sehingga jika datang romadhon menghampiri Alloh berkata pada hamba-Nya"beristirahatlah kamu,karena sesungguhnya kami telah bukakan bagimu pintu-pintu syurga.dan kami tutup bagimu pintu-pintu neraka,serta kami telah belenggu syaitan bagimu.dan adapun jiwamu termasuk didalamnya syahwatmu,telah kami kosongkan perutmu dengan ibadah puasa supaya menjadi tenang dan tidak bergejolak"makanya jadikanlah semua itu sebagai kesempatanmu dan bagian dari pada ruhmu.dan sesungguhnya bisa berjumpa dengan sang romadhon adalah karunia terindah dalam sejarah hidup kita,karena berapa banyak saudara-saudara kita yang yang tidak sempat menghampirinya disebabkan oleh kematian,dan berapa banyak keluarga-keluarga yang terkena musibah yang menyayat hati-hati mereka bahkan sampai menangis darah dan bukan air mata!! agar bisa berpuasa sehari saja dalam bulan romadhon,ataupun supaya bisa melaksanakan ibadah Sholat Tarowih,tetapi keingina itu terbang bersama mendungnya awan.

2.AIR MATA DI BULAN ROMADHON
Saudaraku yang budiman....
Air mata yang telah jatuh di bulan romadhon ini,ku khususkan kepada mereka yang tidak menghormati bulan suci ini,dan kepada mereka yang tidak mengetahui keutamaan dan keistimewaannya yang bisa menjadi musuhnya,sebagaimana pepatah arab mengatakan"Manusia adalah musuh bagi kebodohannya",oleh karena itu mereka sambut bulan romadhon ini-sepert di bulan-bulan yang lainnya- dengan berbagai macam kemaksiatan,bahkan mereka terkesan lebih jauh dari ketaatan kepada Alloh Ta'ala-waullohulmusta'an-dengan tujuan agar dirinya dan orang lain tidak dapat merasakan nikmatnya siraman kebaikan di bulan yang suci ini. hal ini berbeda sekali dengan keadaan para ulama terdahulu,yang mana mereka selalu berdo'a kepada Alloh selama 6 bulan agar bisa di pertemukan dengan bulan suci romadhon,sehingga bila menemuinya mereka bersungguh-sungguh menjalankan ibadah didalamnya.dan mereka berdoa setelahnya selama 6 bulan agr semua ibadahnya selama romadhon diterima Alloh ta'ala.sedangkan para boss televisi dan stasiun radio beserta perangkatnya-Allohu yahdiihim-kebanyakan mereka berlomba-lomba untuk menghadapi buan suci ini dengan mengumpulkan berbagai macam filem porno,dan berfikir keras untuk membuat sinetron yang jauh dari ajaran agama,kemudian mereka tampilkan semua itu di hari dan malam dimana kaum muslimin sedang beribadah di bulan puasa,walaupun lisan-lisan mereka gencar mengatakan bahwa"bulan romadhon adalh bulan kemulyaan" tetapi kenyataanya mereka berkata"Bulan romadhon adalah bulan yang paling cocok untuk menampilkan film-film dan lagu-lagu keren"Wallohulmusta'an.
Saudaku yang budiman......
Air mata kedua yang telah jatuh di bulan suci ini,ku teteskan kepada mereka yang berani melanggar "kesucian sang romadhon" dengan seenak perutnya berbuat keji,dan kurang menjaga akhlaq islaminya.sehingga tanpa merasa berdosa mereka cacimaki si fulan,melaknat si ini,mencuri itu,dan lain sebagainya.dan bila salah satu diantara mereka dinasehati,langsung berkata "lu jangan ikut campur,urus saja puasa lu"seakan-akan Puasalah yang menjadi penyebab utama kejahatan-kejahatan yang diperbuatnya.dan yang demikian itu kebanyakan disebabkan oleh kebodohan mereka tentang hukum puasa itu sendiri dan juga buah daripada disyariatkannya puasa,yang mana paling utamanya adalah mendapatkan gelar "KH"(Ketaqwaan Haqiqi)sebagaimana yang termaktub dalam surat Albaqoroh ayat 183,oleh sebab itu kita harus bertanya kepada mereka apakah karena ketyaqwaan itu mereka berani berbuat kekejian dan kejahatan?jawabanya adalah "TIDAK"100 persen.Oleh karena itu,pelajarilah kalian-Rahimakumulloh-tentang hakikat ibadah puasa tersebut.
Saudaraku yang seperjuangan..
Air mata berikutnya yang telah menetes di bulan puasa ini,ku berikan kepada mereka para lelaki yang duduk berleha-leha di rumahnya saat Sholat Tarawih di laksanakan,padahal mereka dalam keadaan sehat dan kuat,dan apakah mereka tidak tahu bahwa itu adalah satu-satunya bulan yang di syariatkanya sholat tarawih.yang boleh jadi tidak bertemu lagi denganya ditahun mendatang.
Saudaraku yang dirahmati Alloh..
Air mata berikutnnya ku teteskan kepada para pemuda-pemudi-khususnya di Indramayu dan umumnya di indonesia-yang kebanyakan mereka mengisi bulan romadhon ini dengan perkara-perkara yang kurang bermanfaat,seperti jalan-jalan sore dengan dalih ngabuburit,walaupun ngabuburit itu ada yang bolehnya bahkan mungkin dianjurkan,seperti tadarusan,membantu ibu mempersiapkan hidangan buka puasa,tetapi kenyataan membuktikan,bahwa para pemuda dan pemudi lebih senang menghabiskan waktu ngabuburitnya dengan pacaran,hal itu disebabkan kejahilan mereka tentang hukum puasa yang sebenarnya.

3.APAKAH HATI IKUT BERPUASA
Saudaraku Yang budiman...
Ku rangkai masalah ini dalam bentuk dialog;
Aku:Assalamu'alaikum....?
Dia:Wa'alaikumussalam..!!!
Aku:Aku ingun berdiskusi denganmu?
Dia:boleh,kali saja,aku dapat ilmu yang baru darimu?
Aku:Menurut kamu apa arti puasa itu?
Dia:Menurutku puasa adalah menahan lapar dan dahaga serta kemaluan dari berbuat keji!!!
Aku:Maaf,aku tidak sependapat dengamu,sebab kamu lupa tidak menyebutkan hati!!
Kemudian dia bertanya kepadaku dengan penuh selidik.
Dia:Terus,memangnya hati ikut berpuasa?
Aku: iya lah, bahkan puasanya lebih berat.
Dia: kalau begitu,tolong jelaskan masalah itu kepadaku!
Aku:Puasanya hati adalah dengan dengan memalingkannya dari perbuatan-perbuatan dosa dan dari fikiran-fikiran duniawi,serta memfokuskannya hanya untuk Alloh Ta'ala semata.
Dia:oh..begitu,terus apakah hati yang berpuasa itu bisa batal?
Aku:iya,apabila hati tersebut memikirkan selain Alloh Ta'ala dan selain kampung akherat,serta sibuk dengan perkara-perkara dunia kecuali yang dimaksudkan untuk kepentingan akhirat.
Dia:Apakah kamu punya dalil atas apa yang kamu katakan tadi,dari al-qur'an dan al-hadist.
Aku:Yup's,dari alqur'an firman Alloh Ta'ala "Hari dimana harta dan anak-anak tidak berguna sedikitpun kecuali orang yang menghadap Alloh dengan hati yang bersih dan selamat." Qs.Asy-syu'aro:88-89.di dalam ayat mulia ini Alloh menggantungkan keselamatan pada hari kiamat kepada selamatnya hati,karena apabila hati selamat,anggota badanpun akan selamat,dantetap istiqomah di atas jalan Alloh Ta'ala.sedangkan dalil dari al-hadist sabda Nabi 'alihissholatu wassalaam " Ketahuilah sesungguhnya di dalam jasad ad segumpal darah,yang bila ia bagus maka baguslah seluruh anggota badannya,dan bila ia buruk maka buruklah seluruh anggota badannya,segumpal darah itu adalah hati"(muttafaq 'alaih).Rosul mulia menjelaskan dalam hadist ini bahwa pokok pangkal kebaikan dan kerusakan itu terlrtak pada hati,oleh karena itu memperbaiki hati dan mennyucikannya adlah termasuk amalan ibadah yang paling mulia,dimana kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.Imam Ahmad bin khodroweh pernah berkata"Hati itu laksana bejana, bila ia di penuhi dengan kebenaran,maka kebenaran itu akan menjalar ke seluruh anggota tubuh yang lainnya.sebaliknya,bila ia dipenuhi dengan kebatilan,maka kebatilan itu akan menular ke anggota tubuh yang lainnya.kesimpulanya,hati yang berpuasa adalah hati yang terbebas dari cinta dunia dan ketergantungan pada kelezatannya.dalam ranka mengharapkan kebahagiaan yang hakiki dan abadi.bagaimana,apakah kamu sudah faham,bahwa hati itu ikut berpuasa?
Dia:Alhamdulillah sekarang aku faham,dan Jazaakallohu khoiron.

4.ROMADHON DENGAN GAYA BARU
Saudaraku yang budiman...
Cobalah kamu renungkan!!! andaikata sebentar lagikamu akan kedatangan tamu yang mulia dan kamupun tahu bahwa setelah itu ia akan pergi untuk srlama-lamanya,kira-kira bagaimanakah kamu menyambutnya???tanyakan jawabannya pada burung yang berkicau..
Saudaraku yang budiman...
Marilah kita renungkan,beberapa hal berikut ini mudah-mudahan puasa kita menjadi ibadah yang benar-benar berpahala,dan bukan hanya srkedar adat kebiasaan.
a.Dahulu kita berpuasa di bulan romadhon bertujuan agar kita terbebas dari tanggungan kewajiban berpuasa,tetapi sekarang,mari kita berpuasa untuk dapat mewujudkan arti puasa itu sendiri yaitu supaya Alloh mengampuni dosa-dosa kita yang telah lalu.
b.Dahulu kita bersemangat untuk mencoba mengkhatamkan alqur'an berkali-kali,sekarang hendaknya dari salah satu khataman tersebut diselesaikan dengan penuh penghayatan dan niat untuk melaksanakan apa-apa yang didalamnya.
c.Dahulu semangat kita diawal romadhon hanya untuk bisa solat berjamaah dengan imam,sekarang hendaknya kita bersemangat sepanjang bulan ini untuk tidak ketinggalan takbirotul ihromnya imam.
d.Tentu diri kamu memiliki haq dalam do'amu,tetapi berhubung sekarang adalah bulan romadhon,maka janganlah kamu bakhil untuk mendo'akan kaum muslimin yang lainnya,sebab para malaikat akan berkata"Dan bagimu yang serupa dengannya(sesuai dengan isi do'anya).
e.Dahulu kita hanya membahagiakan keluarga kita saja,sekarang hendaknya kita bisa membahagiakan keluarga orang lain dengan silaturahmi,memberi hadiah,dan lain sebagainya.

5.REHATNYA ORANG-ORANG BERPUASA
Saudaraku yang mulia...
Sebagaimana seperti biasa bila datang bulan romadhon,banyak sekali acara-acara ditelivisi ataupun radio yang berbau perlombaan dengan hadiah yang menggiurkan,pertanyaanya adalah Mengapa banyak sekali perlombaan di bulan suci Romadhon?jawabannya adalah karena mereka ingin agar bkita bisa beruntung dengan mereka.walaupun persenan untung kita 10,0%,tetapi kita tetap optimis dan semangat ikut serta di dalamnya.Padahal Alloh telah mengundang kita untuk mendapatkan untung yang jelas dan pasti bahkan dapat untung yang berlipat ganda di bulan romadhon ini.dan dijamin kita akan mendapatkannya jika niat kita benar dan sesuai dengan petunjuk Rosululloh 'Alihissholatu wassalaam.berikut ini yang harus kita kerjakan supaya dapat untung yang berlipat ganda;
a.Barang siapa yang memberi makan orang puasa sampai kenyang,maka ia mendapatkan pahala puasa sepertinya,tanpa sedikitpun dikurangi,.
b.Para malaikat senantiasa akan memberikan ampunan bagi kita selama kita berpuasa.
c.Alloh Ta'ala akan mengabulkan do'a kita apabila kita berdoa disaat kitasedang berbuka puasa.
d.Melaksanakan ibadah umroh-bagi meraka yang diberi kelapangan rizki- tentunya pada bulan ramadhan ini sebab pahalanya sebanding dengan ibadah haji bersama Rasul.
e. Beribadah di malam lailatul qadar itu lebih baik dari pada beribadah selama seribu bulan di selain bulan Ramadhan.

6.TAHUKAH ANDA
Saudaraku yang budiman....
Ada satu pertanyaaan yang sangat mendasar sekali yaitu mengapa bulan Ramadhan disebut sebagai bulan kemenangan? Jawabannya adalah karena para sahabat dahulu mendapatkan kemenangan dalam banyak peperangan di bulan Ramadhan seperti perang Badar,Khandak, fathu makkah. oleh karena itu kita harus yakin bisa meraih kemenangan dari orang lain selama kita mampu mengalahkan syahwat dan hawa nafsu kita, dan hendaknya kita mendidiknya untuk kemulian dan menyucikannya dengan siraman iman dan akhlak terpuji.

7.IKHTITAM
Saudaraku yang dirahmati Alloh...
Demikianlah yang dapat kusumbangkan untuk umatku yang tercinta, walau sebenarnya kebanyakan tulisan diatas adalah hasil terjemahan dari buletin madrasah 'Ali bin abi thalib, Markaz Dakwah di Sana'a. Dan terkesan terlambat,dikarenakan renungan ini ditulis setelah masuknya bulan Ramadhon,namun semoga saja ini dapat barmanfa'at bagi kita semua dan menjadi amalan yang berpahala disisi Alloh. Amiin....




kutulis renungan ini saat ku melihat umat ini -khususnya di indonesia- sedang terluka yang menyayat hati.


Abu Hamzah Al indriemie.
Pelajar Universitas Andalus Yaman, semester 7 Fakultas Tarbiyyah Jurusan Kajian Islam
Sana'a, Ahad 2 Ramadhan 1430 / 23 Agustus2009

RASA RINDU

5.14.2009 · 0 komentar

Tatkala kerinduan kembali merasuk dalam sukmaku..
Berjalan merayap-rayap menuju sisi hatiku.....
Akupun jadi rapuh tak berdaya...........
Menahan gejolak rinduku..........
Yang semakin hari..........
Semakin menanjak..


Diriku tak kuasa..menahan gejolak kekangenan......
Diriku tak mampu menapaki ketinggian..
Puncak rindu yang mendada ini....
Dan ku hanya membiarkanya..
Bergerak menyebar..........
Ke sarap yang bisu..



Ya,membiarkannya berjalan berpencar menuju.....
Luasnya relung-relung pojok sanubariku......
Dan dalam diamku aku termenung........
Mencoba merangkul rindu-rindu....
Yang menggejolak itu.........
Dan dalam lamunku aku tertegun.........
Berusaha meraih rindu-rindu........
Yang lama menggebu...........
Sampai aku mendapatkannya....


Ku tulis saat rasa rindu ini kembali menjelma.
Sanaa Kamis 19-05-1430/14-05-2009.

PONDOK MERTUA ,INDAH SEKALI.......

4.22.2009 · 0 komentar

Penukil : Abu Hamzah Al-indrimi
Terkadang, ada hal yang menggelikan ketika kita mencoba jalan-jalan keluar. Ada apa…? Itu tuh… kalau melihat di beberapa mobil truk, biasanya kan di bagian belakangnya ada berbagai macam tulisan. Termasuk salah satunya yang ini nih, “BURONAN MERTUA..!” Ada-ada saja…
Kenapa sampai jadi buronan mertua ya? Tentunya para pengemudi truk itu punya berbagai macam alasan, dari sekedar guyonan saja, sampai mungkin benar-benar kisah pribadinya yang lari dikejar-kejar mertua. MasyaAlloh, serem juga tuh.
Nah dari kasus yang terakhir ini nih. Memang, sudah bukan rahasia umum bila sudah banyak kisah pahit yang kerap terjadi antar 2 lakon ini, yaitu antar menantu dan mertua dalam kehidupan berumah tangga.
Salah satu masalah yang senantiasa timbul adalah ketika seorang istri atau suami memutuskan untuk tinggal bersama mertuanya, yang mana semenjak tahun 80 an sudah terkenal dengan istilah PMI atau Pondok Mertua Indah.
Walaupun dibilang indah, tapi tidak semua pasutri yang biasanya memiliki masalah dengan mertuanya menyetujui kata terakhir dari kepanjangan PMI tersebut. Bahkan, tinggal di PMI ternyata sudah menjadi doktrin yang menyeramkan bagi sebagian para calon pasutri, terutama sekali bagi kalangan wanitanya. Sebagian mereka ada yang sampai memilih-memilih suami dengan kriteria tidak terlalu sayang ibu, karena takut bila menikah nanti sang suami akan mengajak tinggal serumah dengan ibunya. Wah bisa repot kalau begini jadinya.
Sebenarnya, jika kita mau berpikir positif, tak semua mertua menjadi momok yang menakutkan. Karena tak sedikit yang malah lebih akrab dengan mertuanya ketimbang dengan orang tuanya sendiri. Bahkan, bagi kita, tinggal bersama mertua bisa diambil sisi positifnya juga. Selain gratis, mertua, khususnya yang masih awam, bisa menjadi ladang dakwah kita. Tentu ini adalah tantangan buat kita, untuk menunjukkan bagaimana Islam yang benar kepada mereka.
Agar tetap bahagia walau hidup bersama mertua, maka ada beberapa point yang perlu kita perhatikan:
Mengetahui dan Memahami Sifat dan Karakter MertuaSebagai menantu kita harus mengetahui sifat-sifat dan karakter mertua kita. Hal itu penting agar kita bisa lebih memahami mertua, sehingga bisa mengerti dan menyikapi dengan bijaksana terhadap berbagai sikap dan tingkah laku mertua. Untuk mengetahui sifat dan karakter mereka, kita bisa menggali informasi dari anak-anaknya, termasuk suami atau istri kita sendiri. Selain itu tentu juga melalui pengamatan kita sehari-hari.
Dengan memahami sifat dan karakter mertua, diharapkan kita juga bisa lebih luwes dalam bersikap terhadap mereka. Jika mertua bersifat lemah lembut dan sensitif, maka kita pun harus pandai-pandai dalam mengahadapinya, agar tidak mudah tersinggung dengan sikap, ucapan dan tingkah laku kita.
Jika ternyata mertua bersifat keras dan temperamental, maka selayaknya kita bersabar, dan tidak mudah tersinggung atas segala ucapan dan tindakannya. Tetaplah menghadapinya dengan sopan dan lemah lembut, insyaallah lama kelamaan mertua pun akan menaruh simpati pada kita.
Jalin Komuunikasi
Tak ada satu masalah di dunia ini yang tak dapat diselesaikan. Demikian pula urusan menantu dan mertua. Awalnya, diskusikan dulu dengan pasangan kita, apa yang akan kita bicarakan dengan mertua. Tentunya pasangan kita lebih tahu bagaimana menghadapi ibunya. Setelah itu carilah waktu yang tepat, jangan sampai kita bicara di saat mertua sedang dalam kondisi bad mood.
Cari tahu semua itu lewat dialog. Harus diperhatikan, jika kita terlibat diskusi dengan mertua sebaiknya kita membatasi topik pembicaraan agar tidak terkesan terlalu menggurui atau mencampuri urusan pribadinya.
Jika ada ganjalan dalam hati, sebisa mungkin cari jalan keluarnya. Diskusikan dengan pasangan secara hati-hati jika ada hal yang menyangkut ibu atau bapaknya. Urusan orangtua bisa menjadi satu hal yang sangat sensitif.
Masalahnya, terkadang memang sulit menuntut mertua memiliki kesabaran menahan diri untuk tidak mencampuri urusan keluarga kita.
Bersikap Sopan terhadap Mertua
Mertua adalah orang yang harus kita hormati sebagaimana kita menghormati orang tua kita. Karena itu, selayaknyalah kita senantiasa bersikap sopan terhadap mereka. Usahakan untuk tidak menyinggung perasaan mereka. Bila ingin mengungkapkan sesuatu yang kontra atau berseberangan dengan pendapat dan keinginan mereka, maka ungkapkanlah dengan hati-hati dan jauhilah sikap emosional. Sebagai orang yang lebih muda, selayaknya kita lebih bisa bersabar menghadapi mertua.
Berusaha Menyenangkan Hatinya
Agar kita bisa merasa nyaman hidup berdampingan dengan mertua, maka kita pun harus berusaha membuat mereka merasa nyaman bersama kita. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menyenangkan hati mereka, di antaranya:
- Selalu bermuka manis di hadapan mertuaBermuka manis di hadapan sesama muslim adalah sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bila ini kita usahakan, insyaallah akan bermanfaat positif terhadap kelancaran komunikasi. Raut wajah yang cerah dan murah senyum, akan membuat mertua merasa lebih nyaman berdekatan dengan menantunya.
- Membantu pekerjaan rumah tanggaMertua tentu senang bila memiliki menantu yang rajin membantu pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, menyapu, dan sebagainya. Menjadi menantu laki-laki juga bisa membantu membersihkan halaman, kebun, membersihkan kamar mandi, atau membelah kayu bakar.
- Memberi uang belanjaBila mampu, usahakan memberikan uang belanja bulanan kepada mertua, lebih-lebih jika kebutuhan harian kita telah diurus atau ditanggung oleh mertua.
- Memberi oleh-oleh dan hadiahSekali-sekali kita sebaiknya membelikan makanan atau barang yang disukai oleh mertua kita. Terutama jika kita pulang dari bepergian jauh, bawakanlah oleh-oleh untuk mereka.Selain itu, pada hari istimewa seperti Idul Fitri, berikanlah hadiah pada mertua berupa sarung, mukena, atau yang lainnya. Selain untuk menyenangkan hatinya, semua itu kita berikan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kita terhadap mertua.
Mengakrabi Mertua
Mertua adalah orang tua kita juga. Karena itu, sebisa mungkin kita harus berusaha akrab dengan mereka. Jangan sampai hubungan komunikasi menantu-mertua terasa kaku, padahal tinggal serumah. Bersama-sama menikmati teh hangat di pagi hari sambil membicarakan hal-hal yang menarik, merupakan salah satu kesempatan yang baik untuk mengakrabi mertua.
Kalau kita sudah akrab dengan mertua, maka hubungan komunikasi pun akan lebih lancar. Insyaallah, bila kita berniat mendakwahi mereka pun, akan lebih mudah mereka terima.Itulah beberapa hal yang bisa kita lakukan tinggal serumah dengan mertua. Insyaallah, bila kita bisa membangun suasana yang nyaman, rumah mertua benar-benar bisa menjadi ‘pondok mertua indah’ yang membahagiakan.

MENJADI SUAMI IDAMAN

· 0 komentar

Penukil : Abu Hamzah Al-indrimi
Pertengkaran yang sering terjadi dan berlarut-larutbisa membuat keluarga berantakan.Seringlah merenung, tabunglah pertimbangan.
Ada suami yang sering berteng-kar. Ia selalu siap untuk bertengkar dengan istrinya bahkan dalam masa-lah sepele.Seringkali perselisihan itu dise-babkan oleh hal-hal yang remeh. De-ngan sedikit akal dan jiwa besar, se-seorang bisa memandangnya de-ngan tersenyum. Kehidupan pada umumnya, rumah tangga pada khu-susnya, tidak lepas dari hal-hal yang melelahkan jiwa dan mengeruhkan pikiran. Jika manusia terus-menerus dalam kepedihan karena berbagai persoalan kecil, hal itu hanya akan membuat jiwanya makin sempit, akalnya dangkal dan terlalu cepat bersedih.
Jika kita renungkan, sangat se-dikit orang yang pikirannya sejalan dengan keinginan kita. Karena itu, sebaiknya kita tidak menunggu ter-lalu lama untuk menyimpulkan: kita membidik sesuatu yang mustahil.
Yang terbaik bagi kita adalah memperlakukan orang (terutama yang berinteraksi langsung) secara apa adanya, menghormati dan tidak menghinanya. Hal itu menjadikan kita berjiwa luas, menerima peker-jaan-pekerjaan kecil dengan lapang dada dan jiwa tenang, berusaha me-mecahkan persoalan dengan tidak tergesa-gesa, memandang jauh dalam berbagai urusan, tanpa menyepelekan atau terlalu mencemaskan sesuatu.
Suami hendaknya tidak menjadi-kan rumahnya sebagai arena caci maki. Tidak memaksakan semua pendapatnya pada istrinya, benar ataupun salah.
Yang harus dilakukan oleh setiap suami adalah menghormati pen-dapat istrinya, agar komunikasinya dengan sang istri disejukkan oleh embun cinta kasih, selalu berorientasi pada kebaikan. Jiwa hanya dapat digiring dengan kata-kata jujur dan argumen yang terkendali.
Suami-istri tak perlu berdebat secara panjang lebar, sehingga ber-ujung pada pertengkaran. Sebaik-nya masing-masing menarik pen-dapatnya jika telah nampak kebe-naran pada sebuah pendapat.
Alloh berfirman,
“Dan hendaklah mereka memaaf-kan dan berlapang dada.” (QS. An Nur: 22).
Jika perdebatan sudah memanas, sebaik-baik cara untuk mengatasi-nya adalah meninggalkannya, dan beralih ke topik yang lain. Tidak bijak membawa kehidupan rumah tangga pada kehancuran gara-gara meneruskan hal-hal yang tak ber-guna.
Alloh berfirman,
“Maka barangsiapa mema`afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Alloh.” (QS. Asy-Syu-ra: 40).Saling menghormati di antara suami-istri menjadikan semangat me-wujudkan kasih sayang lebih ber-harga daripada sekadar pendapat tentang sebuah urusan. Mengubah perabot rumah tangga atau memilih warna kasur, tak pantas dijadikan bahan perselisihan yang mengan-cam bangunan rumah tangga.
Lakukanlah kompromi. Berkom-promi bukan berarti kalah dan mem-biarkan pasangan menang. Kompro-mi didasarkan pada rasa saling meng-hormati. Sebagai contoh, biasanya, seorang istri lebih hati-hati dibanding suami, dan ketika suatu waktu berse-lisih pendapat tentang keuangan yang harus diperketat untuk tidak terlalu membeli banyak barang, baik suami maupun istri harus saling menghor-mati pertimbangan masing-masing.
Hindarkan juga sikap menjustify (penilaian yang menyudutkan) berupa seruan dan ujaran seperti, “Kamu ti-dak pernah suka kalau…”, “Seandai-nya kamu peduli…”, “Kamu tidak ta-hu apa-apa, coba kamu ada di posisi saya…” Kalimat seperti itu merupakan “pukulan KO” untuk upaya memba-has perbedaan secara konstruktif. Se-olah semua kesalahan ditimpakan pa-da lawan bicara. Perlembutlah ucap-kan dan lunakkanlah suara. Pilih kata-kata yang baik dan tidak menyakitkan.Diantara sifat buruk lainnya yang biasa menghinggapi sang suami adalah; kurang berterima kasih ke-pada Istri.
Pandai berterima kasih adalah pertanda budi pekerti. Orang yang pertama kali berhak mendapatkan-nya dari suami adalah sang istri.Ada suami yang tidak berterima kasih kepada istrinya ketika ia ber-buat baik. Ia tidak pernah mendo-rong istrinya melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya.
Sebagai contoh, sang istri telah menyiapkan makanan yang dise-nangi suami, membuat kehormatan-nya terangkat ketika tamu datang, merawat anak-anak dengan sebaik-baiknya, menampilkan diri di hadap-an suaminya dengan pakaian yang terbaik, penampilan menawan, dan seterusnya. Walau begitu ia tidak pernah menerima ucapan terima kasih, senyum kepuasan atau pan-dangan lembut dan kasih sayang, apalagi hadiah. Sikap ini termasuk bakhil, kasar dan penghinaan.
Terkadang suami berdalih pada dirinya sendiri; khawatir istrinya merasa tersanjung dan terpedaya, jika ia berterima kasih atau memuji-nya.
Ucapan ini tidak benar secara mutlak. Wahai suami yang mulia! Jangan bakhil terhadap sesuatu yang mendatangkan kebahagiaan untukmu dan istrimu. Jangan lupa-kan hal-hal kecil seperti ini, karena ia mempunyai manfaat dan penga-ruh luar biasa.
Apa ruginya jika kita memuji istri karena kecantikannya dan kerajinan-nya? apa ruginya jika kita berterima kasih padanya atas suguhan yang ia siapkan untuk tamu kita? berterima kasih karena telah mengurus rumah dan anak-anak, walaupun ia melaku-kannya sebagai kewajiban. Semua itu dapat memperkuat kasih sayang an-tara suami-istri.
Jika istri mendapatkan perlaku-an seperti itu dari suaminya, ia akan bahagia dan bertambah rajin. Ia makin terdorong untuk melayani suaminya dan bersegera menuju keridhoannya. Ia mendapatkan ka-sih sayang, belas kasih dan peng-hargaan.
Jika hatinya sarat dengan ber-bagai spirit dan dorongan ini, maka ia akan hidup bersama suaminya dengan penuh kedamaian dan ke-tentraman. Manfaatnya akan kem-bali kepada suami dengan mem-bawa cinta dan kegembiraan.
Rasululloh bersabda sebagai wa-siat bagi para suami, “Orang mu’min yang paling sempurna imannya ada-lah yang paling baik akhlaknya, dan yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik kepada istrinya.” (HR. Tirmidzi).

PESONA KEBODOHAN

· 0 komentar

Penukil : Abu Hamzah Al-indrimi
Bukan hanya para ‘Caleg’ yang ge-tol bermanis mulut dan tebar pesona jelang pemilihan gubernur yang kini se-dang musimnya dan pemilu 2009 nanti, namun kebodohan juga, bisa menebar pesona. Ya iya lah, kita-kitanya saja yang nggak melek and mmoh! Bahkan ter-kadang dan tak disadari kita pun tertipu dengan keadaan ini. Ya, kita sering ber-ada dalam jerat tipuan diri, suatu ke-bodohan diri yang sering diselimuti de-ngan perasaan merasa lebih hebat, me-rasa lebih pinter, merasa sudah takwa, dan sok ngerasa-ngerasa yang lainnya dech! Tul ga’ nich? nah sobat, claim-claim itulah yang sebenarnya kebodo-han, merasa diri sudah pintar, justru itulah kebodohan!
Idola kita yaitu Nabi Muhammad bersabda, ”Barangsiapa yang dikenda-ki oleh Alloh menjadi baik, maka Dia memberi kefahaman ilmu (masalah) aga-ma.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Apa penyebab dari kebodohan ter-sebut? Betul… Seratus buat kamu sobat, seribu buat Ka_Ge. He… he…, ya sum-ber dari segala penyebabnya adalah ka-rena tidak mau belajar! Simpel memang. Makanya kita harus sering-sering meng-upgrade terus semangat dan hobi be-lajar kita! Yuk mencari ilmu! Kita jadi-kan ilmu dan belajar lebih bermakna ketimbang sepotong ayam bakar atau semangkuk bakso! Krubuk… krubukk… loh kok? Lapeeer?
Ilmu apa sobat? Ini pun harus kita tanya dan rinci terlebih dahulu, tul gak? Karena banyak sekali ilmu-ilmu yang tersebar dan kita jumpai. Ilmunya pa-ranormal ya … perdukunan, komu-nitas maling keahliannya dalam mencuri, dan sederet jabatan sesat lainnya. Gawat dah!
Alloh berfirman, ”Katakanlah; samakah orang-orang yang menge-tahui dan orang-orang yang tidak mengetahui.” (QS. Az-Zumar:9)
Jelas beda dong…, gelapnya ke-bodohan tidak sama dengan terang benderangnya ilmu pengetahuan? Hanya mata dan hatinya yang min plus, plus-minus saja alias buta yang nggak bisa bedain. Buktinya, banyak sekali orang besar dan meroket se-mangat menuntut ilmunya namun hasilnya beragam. Ada yang digu-nakan untuk menipu orang, demi keterkenalan, alat meraih tampuk kursi kekuasaan de el el. Capek dech! Tentunya ada pula seabreg tokoh yang sukses, jujur dan berjiwa lurus dalam meniti dan mengamal-kan Islamnya.
Ini, apa artinya sobat? Kita kudu tahu dulu, siapa yang menguasai dan memiliki segala ilmu? Sobat muda, Alloh lah sebagai yang Maha Memiliki ilmu. Barulah kita memintanya! Teruzz, tidak hanya berhenti sampai di situ, kita pun harus melanggengkan permohonan kepada Alloh agar tidak bosan, serta agar tetap ikhlas dan berada di atas jalur yang benar di dalam menun-tut ilmu.
Saudara-saudara kita yang ter-kena fitnah ajaran-ajaran sesat, ke-napa penyebabnya? Pertama, Qo-dho dan Qodar-Nya, kemudian ya, ka-rena kebodohan itu tadi. Karena tidak memiliki ilmu yang benar tentang Alloh ‘Azza wa Jalla, Nabi dan Islam. Wal-hasil ya gitu dech, carut-marutlah ke-agamaan para pengikut al-Qiyadah Is-lamiyah, Ahmadiyah, Edeniyah dan sekte-sekte sesat lainnya.
Yap. Sangat penting buangngett sobat! Ketika kita harus berada di alur kebenaran dalam mencari ilmu. Sum-bernya benar dan pemahamannya pun harus benar. Sekali lagi harus benar! Sa-king pentingnya nih. Jadi Ka_Ge me-wanti-wanti, jangan sampai ada budaya dan trend “ngaco” yang kini beredar di masyarakat, menyusup ke relung hati dan benak kita. Coba saja kita pasang mata, pasang telinga, ada orang yang belajar Islam, sumber rujukannya orang-orang atheis, dan orang-orang kafir ba-rat. Ya nggak nyambung-lah!
By the way…, akibat salahnya ke-tika menuntut ilmu Islam tersebut, ba-nyak orang yang menjadi tokoh, prof. Dr. dan ahli yang katanya “pinter”. Se-pulangnya “mondok” di padepokan pa-man Bush, Blair atau Inglander/ bahe-roh, bukannya menjadi pendekar-pen-dekar pembela Islam, malah seenak ude-lnya pinter melintir-melintir ayat Al-Qur’an potong sana-sini, menghina Alloh , Nabi , dan Islam sekaligus. Hajar aja bams… (maksudnya sobat)! Tak diragukan lagi sobat mereka harus menengok ke belakang. Katakan kepa-da mereka ”Kalian telah salah jalan dan tersesat, ibarat membeli terasi di toko bangunan”.
Nah itu tadi sobat, kita kudu kembali dan harus memiliki prinsip penting. Yaitu benar dalam sumber dan pemahaman dalam berilmu dan mengilmui sesuatu. Hanya Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman para sahabatlah sebagai sumber dan pemahaman yang benar untuk me-mahami Islam.
”Ya Alloh penguasa dan pemilik ilmu. karuniai dan cahayailah Kami dengan ilmu-Mu, dan mampukan pula Kami untuk mengamalkannya.”Sobat, masihkah kita memeli-hara kemalasan? Katakan ”No way!” walaupun kebodohan akan tetap menebarkan pesonanya, tetapi tak berlaku bagi dirimu saudaraku….
Sebelum kita sudahi…, yuk kita renungi hadits berikut ini!Rosululloh bersabda, ”Perum-pamaan petunjuk dan ilmu yang diberikan Alloh kepadaku, laksana hujan yang menimpa bumi. Maka sebagian tanah ada yang baik (su-bur), lalu tumbuhlah tumbuh-tum-buhan dan rerumputan yang ba-nyak. Ada pula tanah yang kering tetapi bisa menyimpan air, lalu Alloh memberikan manfaat kepada manu-sia, mereka bisa minum dari air itu, memberi minuman ternak dan ber-tani. Ada lagi air yang menimpa ba-gian bumi lain yang datar dan lunak yang tidak dapat menyimpan air dan tidak dapat menumbuhkan tumbu-han. Demikianlah perumpamaan orang yang berlmu dan mengetahui masalah agama dan mengerjakan-nya dan perumpamaan orang yang tidak menerima petunjuk Alloh yang ditugaskan kepadaku.” (HR. Bukhari)

PACARAN SIH BOLEH ASALKAN.......

· 0 komentar

Penukil : Abu Hamzah Al-indrimi
Dari Anas ra, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya diantara tanda-tanda kiamat itu ialah diangkatnya ilmu, tersebarnya kebodohan, meminum khomer terang-terangan, dan meluasnya perzinahan.” (HR. Bukhari, Fathul Bari 1/178)
Sahabat muda Gerimis, gimana nich kabar kamu semuanya, semoga tetap istiqomah dan stay-tune terus ya di garda terdepan untuk memperjuangkan nilai-nilai tauhid, guna tegaknya syari’at Allah swt di muka bumi, terbangunnya masyarakat Islami serta merumput dan merebak harumnya kehidupan sunnah nabi saw, tetap semangat khan?
Coz Ka_Ge terus menanti partisipasi sahabat semuanya, saran, konsultasi dan kiriman artikelnya. Dengan adanya beberapa permintaan yang masuk ke redaksi, agar bisa mengupas tuntas tentang PACARAN, ya oke deh…! Kita kupas-pas…
Yup… jangan negative thingking dulu donk sobat, tentang judul tebal di atas! Kita kudu tahu dulu maksudnya, gimana maksudnya? Ya…, gitu deh.
Sobat gerimis muda yang cakep and cantik (cakep buat ikhwan, cantik buat akhwat) iya ngga? jangan ge-er gitu lho.
Pada dasarnya, setiap manusia yang terlahirkan itu, sekurangnya memiliki tiga naluriah dasar pada dirinya. Apa tuh…? Satu, naluri untuk bertauhid atau beragama (yang merupakan nilai fithrah tertinggi) Dua, naluri untuk mempertahankan dirinya (seperti keinginan untuk menang dan berprestasi), dan yang ketiga, naluri untuk melestarikan keturunan (example; sifat ke-Ibuan, ke-Bapa-an, dan adanya rasa suka kepada lain jenis).
Nah, berpijak dari naluri yang ketiga inilah, mungkin sebagian remaja muda dan ‘remaja’ berkumis dan beruban bahkan bercucu, sudah bau tanah pun kedapatan masih kita temukan, melegal-kan atau membolehkan berpacaran atau dengan kata lain mengungkapkan rasa cinta dan suka kepada lain jenis. Na’udzubillah. Tidak ada yang menyangkal tentang adanya anggapan bahwa rasa cinta adalah anugerah yang harus disyukuri. We agree friend. Tapi, ada tapinya tuh, apaan? Kalau ekspresi syukur yang terlahirkan adalah adanya pengungkapan rasa cinta kepada lain jenis, terus jadian, janjian dan pada akhirnya akan melahirkan pertemuan. Ya ketemu…an deh! Dari mata turun ke hati, terus ke kali deh, eh, beropra…si deh. Mulai saling lihat, pegangan tangan dan titik-titik dan titik-titik (sensor man)?!!
Berarti kalau demikian, boleh donk pengungkapan rasa cinta tetapi tidak melahirkan hal tersebut! Ya Boleh, tapi harus memenuhi syarat berikut; Pertama, kamu bilang ke bokap and nyokap bahwa kamu sudah siap untuk menikah, Kedua, jika ada someone (gadis atau pemuda) yang kamu sukai, maka kamu dan orang tua datangi orang tua gadis tersebut, bahwa kamu menyukainya, untuk apa? Ya untuk mengkhitbah (melamarnya) doong, terus jarak waktu setelah melamar itu, jangan lama-lama, dan tidak boleh berkholwat (berduaan), apa lagi jalan bareng, dan segala bareng. Kalau ditolak gimana? Ya… tanggung risiko dong! he…he… (sabar githu lo!).
Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat (akhir), janganlah ia bersunyi-sepi berdua-duaan dengan wanita yang tidak disertai muhrimnya, sebab bila demikian, syetanlah yang akan menjadi pihak ketiganya.” (HR. Ahmad)
Praktek pacaran juga bermacam-macam, ada yang sekedar berkirim surat, telepon, menjemput, mengantar atau menemani pergi ke suatu tempat, lebih jauh dan kelewatannya, sampai ada yang layaknya pasutri (pasangan suami istri). Na’udzubillah. Dan semua itu adalah pintu-pintu masuk untuk perbuatan zina. Allah swt berfirman, “Dan janganlah mendekati zina…” (QS. Al Isra: 32)
Dikalangan remaja sekarang ini, pacaran menjadi trend dan identitas yang sangat dibanggakan. Tidak sedikit yang mendapat julukan bujang lapuk, kurang gaul dan zomblo, akibat belum punya teman special alias pacar.
Biasanya seorang remaja akan bangga dan ‘pd’ abis jika sudah memiliki pacar, walau pun cinta yang berkisar diantara mereka adalah cinta monyet, lokasi sampai cinta beruk. Kalau cinta gajah dan kuda ada ngga ya? Karena itu, mencari pacar di kalangan remaja tidak saja menjadi sebuah kebutuhan biologis tetapi juga menjadi kebutuhan secara sosial. Ya Allah segitunya…!
Pacaran Islami? Ya tidak ada!Ada yang mengira bahwa pacaran itu ada yang Islami, ketika apel, sebelum masuk rumah si dia, mengucapkan salam terlebih dahulu, terus salaman dan mengucapkan istighfar. Lho kok! Gimana tuh ceritanya? Bukankah itu sebuah pelecehan terhadap Islam?
Rasulullah saw tidak pernah tangannya menyentuh wanita non muhrim. Bahkan beliau menyatakan, lebih baik dibakar atau ditusuk besi membara dari pada harus menyentuh wanita yang bukan haknya.Kalau ditanya maslahat dan mudlorotnya, jelas mudhrotnya yang secara dominan seratus persen. Sahabat pingin tau fitnah dan akibat dari pacaran?
1. Kontak pandangan yang bermuatan syahwatHal ini mustahil bisa terhindarkan ketika sedang berdua-duaan atau jika di sekelilingnya lain jenis. Dan ini merupakan perbuatan haram. Rasulullah saw bersabda, “Pandangan itu adalah anak panah beracun dari anak-anak Iblis, siapa saja yang dapat menghindarkannya karena takut kepada Allah karena ia akan dikaruniakan kelezatan dan manisnya Iman di dalam hatinya.” (HR. Hakim)
2. Kontak fisikYang ini pun tak bisa dielakan ketika berpacaran, dan ketika sedang bergerombolnya antara lain jenis. Padahal Rasulullah saw mengharamkan untuk bersentuhan dengan seseorang yang bukan muhrim. Di sinilah kenapa Rasulullah mengharamkan untuk berikhtilath (bercampur baur lain jenis)
3. ZinaInilah akibat terbesar dan tujuan syetan dibalik goda rayunya yang menggiurkan itu. Hubungan di luar nikah merupakan dosa besar dan perbuatan nista dan aib dihadapan Allah swt.
Nah sahabat muda, ngerikan kita melihat akibatnya? Maka untuk terhindar dari hal tersebut kita harus sebaliknya, dari hal tersebut, jangan berbuat yang mengarah padanya, tidak bersentuhan dengan non muhrim, tidak ikhtilat, khalwat, menundukan pandangan mata (baca QS. An-Nur: 30-31), dan mengenakan hijab (jilbab) syar’i, yang disukai Allah dan Rosul-Nya. (tentang pembahasan jilbab syar’i, Sahabat bisa membacanya di kolom gerimis muda edisi 9 ). Jadi dengan demikian, katakan tidak dan putus hubungan dengan pacaran. Tapi Sahabat, sekarang ada ‘fatwa’ teranyar yang menyatakan, ‘Pacaran itu boleh, asalkan sesudah ‘aqad pernikahan’. Huuh.. He..he.. WAllahu’alam

DARAH KEBIASAAN WANITA

· 0 komentar

Penukil; Abu Hamzah Al-indrimi
Penulis: Ummul HasanMuraja’ah: Ust. Aris Munandar
Haid bagi wanita merupakan salah satu bentuk nikmat dari Allah. Keberadaan darah haid pada wanita menunjukkan bahwa wanita tersebut memiliki kemampuan untuk memiliki keturunan. Islam memberikan penjelasan tentang beberapa hal berkaitan dengan darah haid wanita.
Makna Haid
Menurut bahasa, haid berarti sesuatu yang mengalir (سَÙŠْلاً،جَرْÙŠً).
Adapun menurut istilah syar’i, haid adalah darah yang terjadi pada wanita secara alami, bukan karena suatu sebab dan terjadi pada waktu tertentu. Jadi, darah haid adalah darah normal, bukan disebabkan oleh suatu penyakit, luka, gangguan atau proses melahirkan. Darah haid antara wanita yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan, misalnya jumlah darah yang keluar, masa dan lama keluar darah haid setiap bulan. Perbedaan tersebut terjadi sesuai kondisi setiap wanita, lingkungan, maupun iklimnya.
Masa Haid
Menurut pendapat yang paling kuat diantara para ulama, masa haid wanita tidak memiliki batas minimal maupun maksimal. Hal ini berdasarkan dua alasan:
1. Dalil pertama adalah dari Al-Qur’an
Allah berfirman, yang artinya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: ‘Haid itu suatu kotoran.’ Oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita pada tempat keluarnya darah (farji), dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci.” (Qs. Al-Baqarah:222)
Dalam ayat ini yang dijadikan Allah sebagai batas larangan adalah kesucian, bukan sehari-semalam ataupun tiga hari, ataupun lima belas hari. Hal ini menunjukkan bahwa illat (alasan) nya adalah ada atau tidaknya darah haid. Jadi, jika ada haid maka berlakulah hukum itu dan jika telah suci (tidak haid) maka tidak berlaku lagi hukum-hukum berkaitan dengan haid tersebut.
2. Dalil kedua adalah dari As-Sunnah
Diriwayatkan dalam Shahih Muslim bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Aisyah radhiyallahu ‘anhu yang mendapatkan haid ketika dalam keadaan ihram untuk umrah, “Lakukanlah segala sesuatu yang dilakukan jama’ah haji, akan tetapi jangan melakukan thawaf di Ka’bah sebelum kamu suci.”Kata Aisyah, “Setelah masuk hari raya kurban barulah aku suci.”
Dalam Shahih Bukhari diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Aisyah radhiyallahu ‘anhu, “Tunggulah. Jika kamu suci, maka keluarlah ke Tan’im.”
Dalam hadits tersebut yang dijadikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai batas akhir larangan adalah kesucian, bukan suatu masa tertentu. Ini menunjukkan bahwa hukum tersebut berkaitan dengan haid, yakni ada atau tidaknya.
Akhir masa haid wanita dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu ketika darah haid telah berhenti, tandanya jika kapas dimasukkan ke dalam tempat keluarnya darah setelah dikeluarkan tetap dalam kondisi kering, tidak ada darah yang melekat di kapas (-ed.). Yang kedua yaitu ketika telah terlihat atau keluar lendir putih agak keruh (Ù‚ُصَّØ©ُ الْبَÙŠْضَاءُ). Pada saat tersebut seorang wanita muslimah diwajibkan untuk segera mandi dan mengerjakan sholat jika telah masuk waktu sholat. Hal ini sekaligus merupakan nasehat agar para wanita tidak bermudah-mudah untuk meninggalkan sholat padahal dia telah suci, dengan alasan bahwa mereka belum mandi suci.
Wahai saudariku, ketika masa haid telah berakhir dan tidak ada udzur syar’i bagimu untuk menunda mandi suci, maka segeralah mandi suci! Tidakkah kita takut kepada Allah ketika sengaja menunda waktu mandi suci agar tidak melaksanakan shalat?! Semoga Allah melindungi kita dari tipu daya setan.
Darah Haid yang Terputus dan Istihadhah
Selama masa haid, terkadang darah keluar secara terputus-putus, yakni sehari keluar dan sehari tidak keluar. Dalam hal ini terdapat dua kondisi:
Jika kondisi ini selalu terjadi pada seorang wanita setiap waktu, maka darah itu adalah darah istihadhah (darah karena penyakit), dan berlaku baginya hukum istihadhah.
Jika kondisi ini selalu terjadi pada seorang wanita tetapi kadangkala saja datang dan dia mempunyai saat suci yang tepat.
Maka para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Adapun penjelasan yang benar dalam masalah ini adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mughni,“Jika berhentinya darah kurang dari sehari maka seyogyanya tidak diangap sebagai keadaan suci. Berdasarkan riwayat yang kami sebutkan berkaitan dengan nifas, bahwa berhentinya darah yang kurang dari sehari tidak perlu diperhatikan dan inilah pendapat yang shahih, insyaa Allah. Alasannya adalah bahwa dalam keadaan keluarnya darah yang terputus-putus (sekali keluar dan sekali tidak) bila diwajibkan bagi wanita pada setiap saat terhenti keluarnya darah untuk mandi, tentu hal ini akan menyulitkan, padahal Allah berfirman, yang artinya: “Dan Dia (Allah) sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.” (Qs. Al-Hajj:78)
Atas dasar ini, berhentinya darah yang kurang dari sehari bukan merupakan keadaan suci kecuali jika si wanita mendapatkan bukti yang menunjukkan bahwa dia suci. Misalnya, berhentinya darah tersebut terjadi pada akhir masa kebiasaan atau melihat lendir putih.”
“Sehari” yang dimaksud pada penjelasan diatas adalah dua belas jam. Adapun contoh kasus dalam masalah ini adalah:
Seorang wanita biasanya haid selama enam hingga tujuh hari setiap bulan. Pada hari ke-5 biasanya darah hanya akan keluar sedikit seperti noktah seukuran uang logam (berbekas pada pakaian dalamnya). Pada malam hari (saat aktivitas sedikit) darah tidak keluar. Pada hari ke-6 darah akan tetap keluar namun sangat sedikit. Dalam kasus ini, wanita tersebut belum dianggap suci pada malam di hari ke-5 karena menurut kebiasaan haidnya, pada hari-hari akhir haid darah hanya akan keluar pada pagi hingga sore hari (yaitu di saat dia banyak melakukan aktivitas). Kemudian pada pagi di hari ke-7 dia melakukan banyak aktivitas tetapi darah haid tidak lagi keluar sama sekali dan telah keluar pula lendir putih yang biasanya memang muncul jika masa haidnya telah selesai. Pada hari ke-7 itulah, wanita tersebut telah suci dari haid.
Hukum-Hukum HaidKetika seorang wanita sedang dalam keadaan haid, ada hal-hal yang terlarang untuk dilakukan:
Shalat, baik shalat fardhu maupun shalat sunnah. Wanita haid tidak disyariatkan untuk mengganti shalat fardhu yang tidak dikerjakannya selama masa haid.
Puasa, baik puasa fardhu maupun puasa sunnah. Akan tetapi, puasa fardhu (misalnya puasa Ramadhan) wajib diganti (qadha’) di hari lain di luar masa haidnya.
Thawaf.
Jima’. Suami tidak boleh melakukan jima’ (senggama) dengan istrinya yang sedang haid. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya,“Hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita pada tempat keluarnya darah (farji), dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci.” (Qs. Al-Baqarah:222)
Sedangkan hal-hal yang tetap boleh dilakukan oleh wanita yang sedang haid adalah:
Berdiam diri di masjid.Dalam masalah ini terdapat perbedaan yang luas dikalangan ulama (-ed.). tetapi, pendapat yang lebih kuat menurut kami, wanita yang sedang haid tetap boleh berdiam diri di masjid karena suatu kebutuhan (misalnya, mengikuti kajian yang dilangsungkan di masjid). Hal ini didasarkan pada kisah seorang wanita di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bertugas mengurus masjid. Dia membangun tenda di dalam masjid dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengingkari hal tersebut.
Membaca Al-Qur’an dan menyentuh mushafSebagian wanita menghentikan sama sekali rutinitasnya membaca Al-Qur’an, padahal tidak ada larangan sama sekali membaca Al-Qur’an bagi wanita haidh. Masalah yang diperselisihkan adalah boleh tidaknya menyentuh mushaf Al-Qur’an (-ed.). Sebagian ulama’ berpendapat bahwa wanita haid tidak boleh menyentuh mushaf Al-Qur’an. Mereka berdalil dengan ayat Al-Qur’an yang artinya,“Dan dia (Al-Qur’an) tidaklah disentuh kecuali oleh al-muthohharuun (orang-orang yang suci).” (Qs. Al-Waaqi’ah: 79)
Hal tersebut tidaklah benar, sebagaimana penjelasan Syaikh Al-Albani bahwa yang dimaksud al-muthohharuun pada ayat tersebut adalah para malaikat. Pendapat lain yang menyatakan bolehnya wanita haid menyentuh mushaf Al-Qur’an, yaitu pendapat Ibnu Hazm.
Meski demikian, sebaiknya jika mau menyentuh mushaf, memilih mushaf yang memuat terjemahnya dalam rangka keluar dari khilaf ulama, karena menurut ulama yang melarang menyentuh mushaf ketika haid, mushaf yang dimaksudkan adalah mushaf asli. Adapun mushaf yang saat ini banyak digunakan oleh kaum muslimin, seperti mushaf yang memuat ayat-ayat Al-Qur’an beserta terjemahannya atau yang memuat ayat-ayat Al-Qur’an beserta keterangan tambahan mengenai kaidah tajwid, bukanlah mushaf yang terlarang untuk disentuh oleh wanita haid.Tetap Bersemangat Meskipun Sedang Haid
Sebagian wanita muslimah akan mengalami penurunan semangat beribadah atau bahkan penurunan iman di saat sedang haid. Padahal hal tersebut merupakan kesempatan emas bagi syaithan untuk menggoda mereka. Dijumpai beberapa kejadian wanita yang terkena gangguan jin terjadi di saat wanita tersebut sedang haid. Berikut ini adalah amalan-amalan bernilai ibadah yang bisa dilakukan di masa haid:
Memperbanyak dzikir kepada Allah.
Menghadiri majelis-majelis ta’lim.
Membaca buku-buku agama.
Bergaul dengan orang-orang shalihah yang dapat menjaga semangatnya.
Mengisi waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat bagi akhiratnya.
Membaca Al-Qur’an.
Wallahu a’lam bishshawab.
[Disarikan dari “Darah Kebisaan Wanita” (terjemah kitab Risalatu Fiid Dimaa’ Ath-Thabii’iyah Lin-Nisaa’) oleh Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, penerbit: Darul Haq, Juni 2005, dengan beberapa tambahan

SIASATI BAU BADAN

· 0 komentar

Penukil : Abu Hamzah Al-indrimi
Penampilan dan pribadi yang baik bisa jatuh seketika karena aroma parfum alami yang keluar dari tubuh. Yup! Parfum alami yang dimaksud tidak lain adalah bau badan. Bau badan tidak hanya membuat seorang muslimah kehilangan rasa percaya diri, tetapi juga mengganggu indra penciuman orang lain. Seorang muslimah bisa saja tidak membuat kesalahan apa pun, namun ia dijauhi oleh orang lain karena satu masalah ini. Banyak muslimah mengira bau badan ini cukup diselesaikan dengan parfum. Tetapi mari kita renungkan lagi bahwa ada dalil yang melarang seorang muslimah untuk mengenakan parfum di luar rumah. Jadi, bagaimana menyiasati bau badan namun tetap dalam koridor syari’at?Kita lihat apa penyebabnya
Keringat dihasilkan oleh kelenjar keringat yang bernama kelenjar ekrin dan apokrin. Kelenjar ekrin terdapat di hampir seluruh permukaan kulit. Kelenjar ekrin sudah ada sejak kecil di mana keringat yang dihasilkannya tidak hanya berfumgsi sebagai alat pengeluaran sisa metabolisme tubuh namun juga berguna untuk mengatur suhu tubuh. Kelenjar apokrin terletak di daerah ketiak, payudara, daerah anus dan kemaluan. Kelenjar apokrin akan berfungsi aktif setelah remaja dan keringat yang dihasilkan dipengaruhi oleh rangsangan emosi. Keringat apokrin mengandung banyak lemak dan protein, yang apabila diuraikan oleh bakteri akan menimbulkan bau yang tidak enak. Bau inilah yang kemudian dikenal sebagai bau badan.
Bagaimana mengontrol bau badan?
Ada banyak cara untuk mengatasi bau badan. Cara yang termudah adalah mandi 2 kali sehari untuk menghilangkan keringat dan bakteri. Mengingat kebersihan adalah musuh utama bakteri, pastikan seluruh tubuh terutama ketiak dan lipatan tubuh dibersihkan dengan optimal.
Membersihkan rambut ketiak baik dengan dicukur atau dicabut -namun dicabut merupakan cara yan terbaik- akan membantu mengurangi bau badan. Hal ini disebabkan rambut ketiak dapat menahan keringat dan memberikan lebih banyak kesempatan bagi bakteri untuk melakukan proses penguraian. Bedak talk atau bedak tabur juga bisa dijadikan salah satu solusi untuk mengatasi bau badan. Bedak mampu menyerap keringat sehingga bakteri tidak bisa menguraikannya.
Cara yang paling umum digunakan adalah menggunaan deodorant dan antiperspirant. Deodoran mengandung antiseptik yang menekan pertumbuhan bakteri, sedangkan antiperspirant mengandung bahan yang dapat mengurangi keringat yang keluar. Sekarang tersedia banyak produk yang sekaligus mengandung deodorant dan antiperspirant. Hal yang perlu diperhatikan adalah memilih produk yang cocok dan aman bagi kulit.
Perhatikanlah makanan yang dikonsumsi. Ada beberapa kandungan makanan yang dapat memicu bau badan, misalnya bawang putih dan bawang Bombay. Sebaliknya, perbanyaklah makanan yang dapat mengatasi bau badan secara alamiah misalnya lalapan daun kemangi atau rebusan air daun sirih.
Terkadang tidak disadari
Banyak muslimah yang akan langsung menyadari jika ada yang tidak beres dengan bau badan mereka. Namun, ternyata ada juga muslimah yang tidak sadar bahwa bau badannya bisa mengganggu kenyamanan orang lain. Sebaiknya mintalah pendapat yang jujur dari teman dekat tentang kondisi bau badan, terutama setelah banyak beraktivitas. Dengan demikian, jika memang bau badan bermasalah akan segera bisa diatasi.
Selamat mencoba!
Maroji:Bau Badan, Bumerang bagi Pergaulan (www.kompas.com)
***
Penyusun: Ummu Abdirrahman

KISAH MAHAR PALING MULIA

· 0 komentar

Penukil :Abu Hamzah Al-indrimi
Penyusun: Ummu Ishaq
Sejarah telah berbicara tentang berbagai kisah yang bisa kita jadikan pelajaran dalam menapaki kehidupan. Sejarah pun mencatat perjalanan hidup para wanita muslimah yang teguh dan setia di atas keislamannya. Mereka adalah wanita yang kisahnya terukir di hati orang-orang beriman yang keterikatan hati mereka kepada Islam lebih kuat daripada keterikatan hatinya terhadap kenikmatan dunia. Salah satu diantara mereka adalah Rumaisha’ Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin Najar Al-Anshariyah Al-Khazrajiyah. Beliau dikenal dengan nama Ummu Sulaim.
Siapakah Ummu Sulaim ?
Ummu Sulaim adalah ibunda Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terkenal keilmuannya dalam masalah agama. Selain itu, Ummu Sulaim adalah salah seorang wanita muslimah yang dikabarkan masuk surga oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau termasuk golongan pertama yang masuk Islam dari kalangan Anshar yang telah teruji keimanannya dan konsistensinya di dalam Islam. Kemarahan suaminya yang masih kafir tidak menjadikannya gentar dalam mempertahankan aqidahnya. Keteguhannya di atas kebenaran menghasilkan kepergian suaminya dari sisinya. Namun, kesendiriannya mempertahankan keimanan bersama seorang putranya justru berbuah kesabaran sehingga keduanya menjadi bahan pembicaraan orang yang takjub dan bangga dengan ketabahannya.
Dan, apakah kalian tahu wahai saudariku???
Kesabaran dan ketabahan Ummu Sulaim telah menyemikan perasaan cinta di hati Abu Thalhah yang saat itu masih kafir. Abu Thalhah memberanikan diri untuk melamar beliau dengan tawaran mahar yang tinggi. Namun, Ummu Sulaim menyatakan ketidaktertarikannya terhadap gemerlapnya pesona dunia yang ditawarkan kehadapannya. Di dalam sebuah riwayat yang sanadnya shahih dan memiliki banyak jalan, terdapat pernyataan beliau bahwa ketika itu beliau berkata, “Demi Allah, orang seperti anda tidak layak untuk ditolak, hanya saja engkau adalah orang kafir, sedangkan aku adalah seorang muslimah sehingga tidak halal untuk menikah denganmu. Jika kamu mau masuk Islam maka itulah mahar bagiku dan aku tidak meminta selain dari itu.” (HR. An-Nasa’i VI/114, Al Ishabah VIII/243 dan Al-Hilyah II/59 dan 60). Akhirnya menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah dengan mahar yang teramat mulia, yaitu Islam.
Kisah ini menjadi pelajaran bahwa mahar sebagai pemberian yang diberikan kepada istri berupa harta atau selainnya dengan sebab pernikahan tidak selalu identik dengan uang, emas, atau segala sesuatu yang bersifat keduniaan. Namun, mahar bisa berupa apapun yang bernilai dan diridhai istri selama bukan perkara yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesuatu yang perlu kalian tahu wahai saudariku, berdasarkan hadits dari Anas yang diriwayatkan oleh Tsabit bahwa Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda, “Aku belum pernah mendengar seorang wanita pun yang lebih mulia maharnya dari Ummu Sulaim karena maharnya adalah Islam.” (Sunan Nasa’i VI/114).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang kita untuk bermahal-mahal dalam mahar, diantaranya dalam sabda beliau adalah: “Di antara kebaikan wanita ialah memudahkan maharnya dan memudahkan rahimnya.” (HR. Ahmad) dan “Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah maharnya.” (HR. Abu Dawud)
Demikianlah saudariku muslimah…Semoga kisah ini menjadi sesuatu yang berarti dalam kehidupan kita dan menjadi jalan untuk meluruskan pandangan kita yang mungkin keliru dalam memaknai mahar. Selain itu, semoga kisah ini menjadi salah satu motivator kita untuk lebih konsisten dengan keislaman kita. Wallahu Waliyyuttaufiq.
Maraji:
Panduan Lengkap Nikah dari “A” sampai “Z” (Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin ‘Abdir Razzaq),
Wanita-wanita Teladan Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi)

MAAF SUAMIKU...AKU TIDAK AKAN MENTAATIMU

· 0 komentar

Penukil: Abu Hamzah Al-indrimi
Penulis: Ummu AimanMuroja’ah oleh: Ustadz Nur Kholis Kurdian, Lc.
Bahagia rasanya saat akad nikah terucap, saat semarak walimatul ‘urs menggema, saat tali pernikahan terikat. Saat itu telah halal cinta dua orang insan, saling mengisi dan saling melengkapi setiap harinya. Saat itu pula masing-masing pasangan akan memiliki tugas dan kewajiban baru dalam kehidupan mereka. Sang suami memiliki hak yang harus ditunaikan istrinya, dan sang istripun mempunyai hak yang harus ditunaikan oleh suaminya. Alangkah bahagianya jika masing-masing secara seimbang senantiasa berupaya menunaikan kewajibannya.
Duhai saudariku muslimah, kini aku bertanya padamu… bukankah indah rasanya jika seorang istri mematuhi suaminya, kemudian ia senantiasa menjadi penyejuk mata bagi suaminya, menjaga lisan dari menyebarkan rahasia suaminya, lalu menjaga harta dan anak-anak suami ketika ia pergi? Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak ada perkara yang lebih bagus bagi seorang mukmin setelah bertakwa kepada Allah daripada istri yang shalihah, bila ia menyuruhnya maka ia menaatinya, bila memandangnya membuat hati senang, bila bersumpah (agar istrinya melakukan sesuatu), maka ia melakukannya dengan baik, dan bila ia pergi maka ia dengan tulus menjaga diri dan hartanya.” (HR. Ibnu Majah)
Sehingga… kehidupan rumah tangga pun akan berjalan penuh dengan kemesraan dan kebahagiaan. Yang satu menjadi tempat berbagi bagi yang lain, saling menasehati dalam ketakwaan, dan saling menetapi dalam kesabaran.
Saudariku muslimah… tulisan tentang kewajiban istri dalam mematuhi perintah suami telah banyak dibahas. Maka kini penulis akan mencoba mengetengahkan hal-hal apa saja yang tidak boleh dipatuhi oleh seorang istri di saat suaminya memerintah.
Ini Saatnya Mematuhi Perintah Suami
Diantara ciri seorang istri sholihah adalah mematuhi perintah suaminya. Yang dimaksud mematuhi perintah adalah mematuhi dalam hal yang mubah dan disyari’atkan. Jika dalam perkara yang disyari’atkan, tentu hal ini tidak perlu dipertanyakan lagi hukumnya, karena perkara yang demikian adalah hal-hal yang Allah perintahkan kepada para hamba-Nya, seperti kewajiban sholat, berpuasa di bulan Ramadhan, memakai jilbab, dan lain-lain. Maka untuk hal ini, seorang hamba tidak boleh meninggalkannya karena meninggalkan perintah Allah Ta’ala adalah sebuah dosa. Sedangkan dalam perkara yang mubah, jika suami memerintahkan kita untuk melakukannya maka kita harus melaksanakannya sebagai bentuk ketaatan kepada suami. Contohnya suami menyuruh sang istri rajin membersihkan rumah, berusaha mengatur keuangan keluarga dengan baik, selalu bangun tidur awal waktu, membantu pekerjaan suami, dan hal-hal lain yang diperbolehkan dalam syari’at Islam.
Ada Saatnya Menolak Perintah Suami
Jika dalam hal yang disyari’atkan dan yang mubah kita wajib mematuhi suami, maka lain halnya jika suami menyuruh kepada istri untuk melakukan kemaksiatan dan menerjang aturan-aturan Allah. Untuk yang satu ini kita tidak boleh mematuhinya meskipun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Kalau sekiranya aku (boleh) memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain maka akan aku perintahkan seorang wanita untuk sujud kepada suaminya.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Kita tidak boleh tunduk pada suami yang memerintah kepada kemaksiatan meskipun hati kita begitu cinta dan sayangnya kepada suami. Jika kewajiban patuh pada suami sangatlah besar, maka apalagi kewajiban mematuhi Allah, tentu lebih besar lagi. Allahlah yang menciptakan kita dan suami kita, kemudian mengikat tali cinta diantara sang istri dan suaminya. Namun perlu diketahui, bukan berarti kita harus marah-marah dan bersikap keras kepada suami jika ia memerintahkan suatu kemaksiatan kepada kita, tetapi cobalah untuk menasehatinya dan berbicara dengan lemah lembut, siapa tahu suami tidak sadar akan kesalahannya atau sedang perlu dinasehati, karena perkataan yang baik adalah sedekah.
Saudariku, berikut ini beberapa contoh perintah suami yang tidak boleh kita taati karena bertentangan dengan perintah Allah:
1. Menyuruh Kepada Kesyirikan
Tidak layak bagi kita untuk menaati suami yang memerintah untuk melakukan kesyirikan seperti menyuruh istri pergi ke dukun, menyuruh mengalungkan jimat pada anaknya, ngalap berkah di kuburan, bermain zodiak, dan lain-lain. Ketahuilah saudariku, syirik adalah dosa yang paling besar. Syirik merupakan kezholiman yang paling besar (lihat QS Luqman: 13). Bagaimana bisa seorang hamba menyekutukan Allah sedang Allah-lah yang telah menciptakan dan memberi berbagai nikmat kepadanya? Sungguh merupakan sebuah penghianatan yang sangat besar!
2. Menyuruh Melakukan Kebid’ahan
Nujuh bulan (mitoni – bahasa jawa) adalah acara yang banyak dilakukan oleh masyarakat ketika calon ibu genap tujuh bulan mengandung si bayi. Ini adalah salah satu dari sekian banyak amalan yang tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Walaupun begitu banyak masyarakat yang mengiranya sebagai ibadah sehingga merekapun bersemangat mengerjakannya. Ketahuilah wahai saudariku muslimah, jika seseorang melakukan suatu amalan yang ditujukan untuk ibadah padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyontohkannya, maka amalan ini adalah amalan yang akan mendatangkan dosa jika dikerjakan. Ketika sang suami menyuruh istrinya melakukan amalan semacam ini, maka istri harus menolak dengan halus serta menasehati suaminya.
3. Memerintah untuk Melepas Jilbab
Menutup aurat adalah kewajiban setiap muslimah. Ketika suami memerintahkan istri untuk melepas jilbabnya, maka hal ini tidak boleh dipatuhi dengan alasan apapun. Misalnya sang suami menyuruh istri untuk melepaskan jilbabnya agar mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan, hal ini tentu tidak boleh dipatuhi. Bekerja diperbolehkan bagi muslimah (jika dibutuhkan) dengan syarat lingkungan kerja yang aman dari ikhtilat (campur baur dengan laki-laki) dan kemaksiatan, tidak khawatir timbulnya fitnah, serta tidak melalaikan dari kewajibannya sebagai istri yaitu melayani suami dan mendidik anak-anak. Dan tetap berada di rumahnya adalah lebih utama bagi wanita (Lihat QS Al-Ahzab: 33). Allah telah memerintahkan muslimah berjilbab sebagaimana dalam QS Al-Ahzab: 59. Perintah Allah tidaklah pantas untuk dilanggar, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Sang Pencipta.
3. Mendatangi Istri Ketika Haidh atau dari Dubur
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “…dan persetubuhan salah seorang kalian (dengan istrinya) adalah sedekah.” (HR. Muslim)
Begitu luasnya rahmat Allah hingga menjadikan hubungan suami istri sebagai sebuah sedekah. Berhubungan suami istri boleh dilakukan dengan cara dan bentuk apapun. Walaupun begitu, Islam pun memiliki rambu-rambu yang harus dipatuhi, yaitu suami tidak boleh mendatangi istrinya dari arah dubur, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“(Boleh) dari arah depan atau arah belakang, asalkan di farji (kemaluan).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka ketika suami mengajak istri bersetubuh lewat dubur, hendaknya sang istri menolak dan menasehatinya dengan cara yang hikmah. Termasuk hal yang juga tidak diperbolehkan dalam berhubungan suami istri adalah bersetubuh ketika istri sedang haid. Maka perintah mengajak kepada hal ini pun harus kita langgar. Hal ini senada dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang menjima’ istrinya yang sedang dalam keadaan haid atau menjima’ duburnya, maka sesungguhnya ia telah kufur kepada Muhammad.” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ad-Darimi dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Belajarlah Wahai Muslimah!
Demikianlah saudariku pembahasan singkat yang dapat penulis sampaikan. Sebagai penutup, mari kita ringkas pembahasan ini: Bahwa wajib bagi seorang istri untuk mematuhi apa yang diperintahkan suaminya dalam perkara yang mubah apalagi yang disyari’atkan Allah, namun tidak boleh patuh jika suami memerintahkan kemaksiatan dan yang dilarang oleh Rabb Semesta Alam.
Lalu, perkara apa sajakah yang termasuk dalam larangan Allah? untuk itu, setiap hamba wajib mencari tahu tentang syari’at Islam karena dengannya akan tercapai ketakwaan kepada Allah, yaitu melakukan yang Allah perintahkan dan meninggalkan apa yang Allah larang. Wahai para wanita muslim! Pelajarilah agama Allah dengan menghadiri majelis-majelis yang mengajarkan ilmu syar’i atau dengan menelaah buku dan tulisan para ‘ulama. Tidaklah mungkin seseorang akan mengenal agamanya tanpa berusaha mencari tahu. Dan tidak mungkin pula ilmu akan sampai kepadanya jika ia hanya bermalas-malasan di rumah atau kos, atau hanya sibuk berjam-jam berdandan di depan cermin, serta bergosip ria sepanjang waktu. Sungguh yang seperti itu bukanlah ciri seorang muslimah yang sejati. Bersegeralah melakukan kebaikan wahai saudariku, karena Allah pasti akan membalas setiap kebaikan dengan kebaikan, dan membalas keburukan dengan keburukan walaupun hanya sebesar biji sawi. Setiap anak Adam memiliki kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang senantiasa berusaha untuk memperbaiki dirinya. Wallahu ta’ala a’lam.
Referensi:
Al-Qur’anul Karim
Panduan Lengkap Nikah (dari A sampai Z), Abu Hafsh Usamah, Pustaka Ibnu Katsir
Rahasia Sukses Menjadi Istri Shalihah, Haulah Darwaisy, Pustaka Darul Ilmi
Sutra Ungu, Abu Umar Basyir, Rumah Dzikir

HUKUM JABAT TANGAN

4.21.2009 · 0 komentar

Penulis: Ammi Nur BaitsMuroja’ah: Ustadz Aris Munandar
Pengertian
Al Hattab (ulama madzhab Malikiyah) mengatakan: “Para ulama kami (Malikiyah) mengatakan: Jabat tangan artinya meletakkan telapak tangan pada telapak tangan orang lain dan ditahan beberapa saat, selama rentang waktu yang cukup untuk menyampaikan salam.” (Hasyiyah Al Adzkar An Nawawi oleh Ali Asy Syariji, hal. 426)
Ibn Hajar mengatakan: “Jabat tangan adalah melekatkan telapak tangan pada telapak tangan yang lain.” (Fathul Bari, 11/54)
Hukum
An Nawawi mengatakan: “Ketahuilah bahwasanya jabat tangan adalah satu hal yang disepakati sunnahnya (untuk dilakukan) ketika bertemu.”
Ibn Batthal mengatakan: “Hukum asal jabat tangan adalah satu hal yang baik menurut umumnya ulama.” (Syarh Shahih Al Bukhari Ibn Batthal, 71/50)
Namun penjelasan di atas berlaku untuk jabat tangan yang dilakukan antara sesama laki-laki atau sesama wanita.
Berikut adalah dalil-dalil dianjurkannya jabat tangan:
Qatadah bertanya kepada Anas bin Malik: “Apakah jabat tangan itu dilakukan diantara para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ?” Anas menjawab: “Ya.” (HR. Al Bukhari, 5908)
Abdullah bin Hisyam mengatakan: “Kami pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sementara beliau memegang tangan Umar bin Al Khattab.” (HR. Al Bukhari 5909)
Ka’ab bin Malik mengatakan: “Aku masuk masjid, tiba-tiba di dalam masjid ada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian Thalhah bin Ubaidillah berlari menyambutku, menjabat tanganku dan memberikan ucapan selamat kepadaku.” (HR. Al Bukhari 4156)
Dan beberapa hadis lainnya yang akan disebutkan dalam pembahasan keutamaan berjabat tangan.
Akan tetapi dikatakan bahwasanya Imam Malik membenci jabat tangan. Dan ini merupakan pendapat Syahnun dan beberapa ulama Malikiyah. Pendapat ini berdalil dengan firman Allah ta’ala ketika menceritakan salamnya Malaikat kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Allah berfirman, yang artinya: “(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: ‘Salaamun’ Ibrahim menjawab: “Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal.” (QS. Ad Dzariyat: 25)
Pada ayat di atas, malaikat hanya menyampaikan salam kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan mereka tidak bersalaman. Sehingga Malikiyah berkesimpulan bahwa di antara kebiasaan orang saleh (nabi Ibrahim & para Malaikat) adalah tidak berjabat tangan ketika ketemu, tetapi hanya mengucapkan salam.
Namun, yang lebih tepat, pendapat Imam Malik yang terkenal adalah beliau menganjurkan jabat tangan. Hal ini dikuatkan dengan sebuah riwayat, di mana Sufyan bin ‘Uyainah pernah menemui beliau dan Imam Malik bersalaman dengan Sufyan. Kemudian Imam Malik mengatakan: “Andaikan bukan karena bid’ah, niscaya aku akan memelukmu.” Sufyan bin ‘Uyainah mengatakan: “Orang yang lebih baik dari pada aku dan kamu yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memeluk Ja’far ketika pulang dari negeri Habasyah. Kata Malik: “Itu khusus (untuk Ja’far).” Komentar Sufyan: “Tidak, itu umum. Apa yang berlaku untuk Ja’far juga berlaku untuk kita, jika kita termasuk orang saleh (mukmin).” (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 2/13949)
Kesimpulannya, bahwasanya pendapat yang paling tepat adalah dianjurkannya berjabat tangan antar sesama. Mengingat banyak dalil yang menegaskan hal tersebut. Sedangkan adanya pendapat yang menyelisihi hal ini terlalu lemah ditinjau dari banyak sisi.
Keutamaan Berjabat Tangan
Terampuninya dosa
Dari Al Barra’, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah dua orang muslim bertemu kemudian berjabat tangan kecuali akan diampuni dosa keduanya selama belum berpisah.” (Shahih Abu Daud, 4343)
Dari Hudzifah bin Al Yaman, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya seorang mukmin jika bertemu dengan mukmin yang lain, kemudian dia memberi salam dan menjabat tangannya maka dosa-dosa keduanya akan saling berguguran sebagaimana daun-daun pohon berguguran.” (Diriwayatkan oleh Al Mundziri dalam At Targhib dan dishahihkan Syaikh Al Albani dalam As Shahihah, 525)
Menimbulkan rasa cinta antara orang yang saling bersalaman
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah kalian aku tunjukkan suatu perbuatan yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai?” yaitu: “Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim 93)
Jika semata-mata mengucapkan salam bisa menimbulkan rasa cinta maka lebih lagi jika salam tersebut diiringi dengan jabat tangan.
Menimbulkan ketenangan jiwa
Menghilangkan kebencian dalam hati
“Lakukanlah jabat tangan, karena jabat tangan bisa menghilangkan permusuhan.” Tetapi hadis ini didhaifkan oleh Syaikh Al Albani (Ad Dha’ifah, 1766)
“Lakukanlah jabat tangan, itu akan menghilangkan kedengkian dalam hati kalian.” (HR. Imam Malik dalam Al Muwatha’ dan didhaifkan oleh Syaikh Al Albani)
Terdapat beberapa hadis dalam masalah ini, namun semuanya tidak lepas dari cacat. Di antaranya adalah:
Terlepas dari hadis di atas, telah terbukti dalam realita bahwa berjabat tangan memiliki pengaruh dalam menghilangkan kedengkian hati dan permusuhan.
Berjabat tangan merupakan ciri orang-orang yang hatinya lembut
Ketika penduduk Yaman datang, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Penduduk Yaman telah datang, mereka adalah orang yang hatinya lebih lembut dari pada kalian.” Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkomentar tentang sifat mereka: “Mereka adalah orang yang pertama kali mengajak untuk berjabat tangan.” (HR. Ahmad 3/212 & dishahihkan Syaikh Al Albani, As Shahihah, 527)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa penduduk Yaman adalah orang yang hatinya lebih lembut dari pada para sahabat. Di antara ciri khas mereka adalah bersegera untuk mengajak jabat tangan.
Mencium Tangan Ketika Jabat Tangan
Ibn Batthal mengatakan:
“Ulama berbeda pendapat dalam menghukumi mencium tangan ketika bersalaman. Imam Malik melarangnya, sementara yang lain membolehkannya.” (Syarh Shahih Al Bukhari, Ibn Batthal 17/50)
Di antara dalil yang digunakan oleh ulama yang membolehkan adalah:
Abu Lubabah & Ka’ab bin Malik, serta dua sahabat lainnya (yang diboikot karena tidak mengikuti perang tabuk) mencium tangan Nabi Shallallhu ‘alaihi wa Sallam ketika taubat mereka diterima oleh Allah. (HR. Al Baihaqi dalam Ad Dalail & Ibn Al Maqri. Disebutkan oleh Al Hafizh dalam Al Fath tanpa komentar)
Abu Ubaidah mencium tangan Umar ketika datang dari Syam (HR. Sufyan dalam Al Jami’ & disebutkan oleh Al Hafizh dalam Al Fath tanpa komentar)
Zaid bin Tsabit mencium tangan Ibn Abbas ketika Ibn Abbas menyiapkan tunggangannya Zaid. (HR. At Thabari & Ibn Al Maqri. Disebutkan oleh Al Hafizh dalam Al Fath tanpa komentar)
Usamah bin Syarik mengatakan: “Kami menyambut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kami mencium tangannya.” (HR. Ibn Al Maqri, Kata Al Hafizh: Sanadnya kuat.”)
Dan masih banyak beberapa riwayat lainnya yang menunjukkan bolehnya mencium tangan ketika berjabat tangan. Bahkan Ibn Al Maqri menulis buku khusus yang mengumpulkan beberapa riwayat tentang bolehnya mencium tangan ketika berjabat tangan.
Satu hal yang perlu diingat bahwasanya mencium tangan ini diperbolehkan jika tidak sampai menimbulkan perasaan mengagungkan kepada orang yang dicium tangannya dan merasa rendah diri di hadapannya. Karena hal ini telah masuk dalam batas kesyirikan. (lih. Al Iman wa Ar Rad ‘ala Ahlil Bida’, Syaikh Abdur Rahman bin Hasan Alu Syaikh)
An Nawawi mengatakan: “Mencium tangan seseorang karena sifat zuhudnya, salehnya, amalnya, mulianya, sikapnya dalam menjaga diri dari dosa, atau sifat keagamaan yang lainnya adalah satu hal yang tidak makruh. Bahkan dianjurkan. Akan tetapi jika mencium tangan karena kayanya, kekuatannya, atau kedudukan dunianya adalah satu hal yang makruh dan sangat di benci. Bahkan Abu Sa’id Al Mutawalli mengatakan: “Tidak boleh” (Fathul Bari, Al Hafizh Ibn Hajar 11/57)
Berdasarkan beberapa keterangan ulama di atas dan dengan mengambil keterangan ulama yang lain, disimpulkan bahwa mencium tangan diperbolehkan dengan beberapa persyaratan:
Tidak sampai menimbulkan sikap mengagungkan orang yang dicium
Tidak menimbulkan sikap merendahkan diri di hadapan orang yang dicium
Karena kemuliaan dan kedudukan dalam agama dan bukan karena dunianya
Tidak dijadikan kebiasaan, sehingga mengubah sunnah jabat tangan biasa
Orang yang dicium tidak menjulurkan tangannya kepada orang yang mencium (keterangan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah)
Berjabat Tangan Dengan Lawan Jenis
Masalah ini termasuk di antara kajian yang banyak menjadi tema pembahasan di beberapa kalangan dan kelompok yang memiliki semangat dalam dunia islam. Tak heran, jika kemudian pembahasan ini meninggalkan perbedaan pendapat yang cukup meruncing. Sebagian mengharamkan secara mutlak, sebagian membolehkan dengan bersyarat, bahkan sebagian berpendapat sangat longgar. Tulisan ini bukanlah dalam rangka menghakimi dan memberi kata putus untuk perselisihan pendapat tersebut. Namun tidak lebih dari sebatas usaha untuk menerapkan firman Allah: “Jika kalian berselisih pendapat dalam masalah apapun maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul, jika kalian adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.” (QS. An Nisa’: 59)
Agar kajian lebih sistematis, pembahasan masalah ini akan diperinci menjadi beberapa bagian:
Pertama, Perbedaan pendapat ulama dalam masalah jabat tangan dengan lawan jenis
Ulama Mazhab Hanafi
Diperbolehkan melakukan jabat tangan dengan persyaratan aman dari munculnya syahwat dari kedua pihak orang yang berjabat tangan. Sehingga mereka membedakan antara yang tua dan yang masih muda. Berdasarkan kemungkinan munculnya syahwat.
Ulama Mazhab Maliki
Mazhab ini secara tegas melarang jabat tangan, dan tidak membedakan antara yang sudah tua maupun yang masih muda.
Ulama Mazhab Syafi’i
Sebagian syafi’iyah membolehkan jabat tangan dengan syarat adanya benda yang melapisi dan aman dari munculnya fitnah atau syahwat yang mengarah pada perzinaan. Sebagian yang lain melarang secara mutlak. Dan pendapat kedua ini adalah pendapat mayoritas Syafi’iyah. Di antaranya adalah An Nawawi dan Ibn Hajar al ‘Asqalani.
Ulama Mazhab Hambali
Dalam mazhab ini ada dua pendapat. Pertama melarang secara mutlak tanpa membedakan antara yang muda, yang tua dan yang kedua memakruhkan jika dilakukan dengan yang sudah tua.
Pendapat yang lebih kuat, akan disimpulkan di akhir pembahasan ini.
Kedua, Apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berjabat tangan dengan wanita?
Dari Umaimah binti Raqiqah radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan: “Aku mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama sekelompok wanita yang membaiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk masuk islam. Para wanita itu mengatakan: “Wahai Rasulullah, kami berbaiat (berjanji setia) kepadamu untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak kami, tidak berbohong dengan menganggap anak temuan sebagai anak dari suami, dan menaatimu dalam setiap perintah dan laranganmu.”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Dalam masalah yang kalian bisa dan kalian mampu.” Para wanita itu mengatakan: “Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih menyayangi kami dari pada diri kami sendiri, mendekatlah, kami akan membaiatmu wahai Rasulullah!
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan wanita (yang bukan mahram), ucapanku untuk seratus wanita itu sebagaimana ucapanku untuk satu wanita.” (HR. Ahmad 6/357 & disahihkan Syaikh Al Albani dalam As Shahihah, 2/64)
A’isyah Radhiyallahu ‘anha mengatakan: “Jika ada wanita mukmin yang berhijrah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mengujinya, berdasarkan firman Allah dalam surat Al Mumtahanah ayat 10. “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka… Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan baiat, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah baiat mereka…” (QS. Al Mumtahanah: ayat 10 s/d ayat 12)
Kata A’isyah radhiyallahu ‘anha: “Wanita mukmin yang menerima perjanjian ini berarti telah lulus ujian. Sementara jika para wanita telah menerima perjanjian tersebut secara lisan maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada mereka: ‘Pergilah, karena aku telah menerima baiat kalian’. Dan demi Allah! Tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyentuh tangan wanita (tersebut) sedikitpun. Beliau hanya membaiat dengan ucapan.” (HR. Al Bukhari, 7214)
Dari Abdullah bin Amr bin al ‘Ash mengatakan: “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyentuh tangan wanita ketika baiat.” (HR. Ahmad 2/213 & dishahihkan Syaikh Al Albani dalam As Shahihah 530)
Riwayat-riwayat secara tegas menunjukkan bahwa baiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para wanita adalah secara lisan, dan tidak dengan berjabat tangan. Hadis ini sekaligus menunjukkan bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukan jabat tangan dengan wanita asing di selain momen baiat. Hal ini dapat dipahami melalui dua alasan:
Pertama, Karena Baiat adalah peristiwa sangat penting dalam sejarah hidup seseorang. Momen baiat merupakan momen yang sangat mendesak untuk diiringi dengan jabat tangan. Karena ini akan lebih menunjukkan keseriusan dan kesungguhan dalam baiat. Oleh karena itu, para wanita yang berbaiat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka mengajak beliau untuk berjabat tangan. Namun demikian, Beliau menolaknya. Artinya, terdapat faktor pendorong yang sangat kuat bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melakukan jabat tangan dengan wanita asing.
Kedua, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah, manusia yang ma’shum (terjaga dari kesalahan), sehingga sangat kecil kemungkinan munculnya niat jahat dalam batin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika harus berjabat tangan dengan wanita. Artinya, faktor penghalang yaitu munculnya niat jahat, sehingga menyebabkan jabat tangan ini menjadi perbuatan maksiat karena diiringi dengan syahwat tidaklah ada. Lengkap sudah posisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melakukan jabat tangan. Ada faktor pendorong yang kuat dan tidak adanya faktor penghalang. Namun demikian, beliau tidak bersedia melakukan jabat tangan dengan wanita asing. Semua ini menunjukkan bahwasanya bagian dari syariat beliau adalah meninggalkan jabat tangan dengan wanita asing.
Ringkasnya adalah sebagaimana yang dinukil dari Ibn ‘Athiyah dan At Tsa’labi: ulama sepakat bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyentuhkan tangannya dengan wanita yang bukan mahramnya sama sekali. Dengan adanya nukilan ijma’ ini, diharapkan bisa memutus segala perselisihan apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan jabat tangan dengan wanita ataukah tidak. Dengan demikian, semua hadis yang secara tidak jelas mengisyaratkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berjabat tangan dengan wanita, dikembalikan pada kesimpulan tegas ini, yaitu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berjabat tangan dengan wanita asing.
Ketiga, Apakah sikap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan suatu perbuatan menunjukkan bahwa perbuatan tersebut hukumnya haram?
Ulama ushul menyatakan bahwa sikap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan suatu perbuatan tidaklah menunjukkan bahwa perbuatan tersebut haram secara mutlak. Tetapi hanya menunjukkan hukum makruh.
Al Jas-shas mengatakan: “Pendapat kami tentang sikap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan suatu perbuatan sama dengan pendapat kami tentang status perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semata.” (Al Ushul, 1/210)
As Syaukani mengatakan: “Sikap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan suatu perbuatan statusnya untuk diikuti sebagaimana sikap beliau dalam melakukan suatu berbuatan.”
Artinya, semata-mata perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya menunjukkan hukum sunah, sebagaimana semata-mata sikap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan suatu perbuatan hanya menunjukkan hukum makruh. Pendapat ini dinisbahkan kepada Imam As Syafi’i, oleh karena itu banyak diikuti oleh ulama mazhabnya. Di antaranya adalah Al Juwaini, Abu Hamid Al Ghazali, As Shairafi. Pendapat ini juga yang dipilih oleh sebagian Hanafiyah dan adalah satu pendapat Imam Ahmad yang kemudian dipilih oleh Abul Hasan At Tamimi, Al Fakhr Isma’il, dan Abu Ya’la Al Farra’.
Abu Syamah Al Maqdisy mengatakan: “Ini adalah pendapat para peneliti di antara ahli hadis. Penulis kitab Al Hawi mengatakan: “ini adalah pendapat kebanyakan ulama’” (Af’alur Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, 66). (lihat Keterangan di atas dalam Mushafaha Al Ajnabiyah fi mizanil Islam, 67)
Kesimpulan:
Berdalil dengan hadis-hadis yang menegaskan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berjabat tangan dengan wanita asing tidak cukup untuk menghukumi haramnya berjabat tangan dengan wanita. Karena semata-mata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan suatu perbuatan hanya menunjukkan hukum makruh. Untuk menegaskan hukum haram, memerlukan dalil khusus yang menegaskannya. Lalu, apakah ada dalil tegas yang melarang perbuatan tersebut?
Keempat, Hadis-hadis yang secara tegas melarang jabat tangan dengan lawan jenis:
Pertama, Dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik dari pada dia menyentuh tangan wanita yang tidak halal baginya.” (HR. At Tabrani dalam Al Mu’jam Al Kabir, 20/212/487 & Ar Ruyani dalam Al Musnad, 2/323/1283)
Hadis ini dibawakan oleh At Thabrani dengan sanad berikut: Dari Abdan bin Ahmad, dari Ali bin Nashr, dari Syaddad bin Said, dari Abul Ala’, bahwasanya Ma’qil bin Yasar mengatakan: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: …
Andaikan hadis ini shahih maka cukup untuk menjadi pemutus perselisihan ulama dalam masalah ini. Sehingga siapapun yang berpendapat sebaliknya, layak untuk digelari dengan pengekor hawa nafsu. Namun hadis ini memiliki cacat. Berikut keterangan selengkapnya: Keterangan ulama tentang status hadis ini:
Ibn Hajar Al haitami mengatakan: “Sanadnya sahih.” (Az Zawajir, 368)
Al Hafizh Al Haitsami mengatakan: “Perawinya adalah para perawi kitab shahih.” (Al Majma’uz Zawaid, 7718)
Syaikh Al Albani mengatakan: “Hadis ini sanadnya jayyid” (As Shahihah, 1/447)
Muhammad Abduh Alu Muhammad Abyadh menjelaskan secara lebih terperinci sebagai berikut: “Semua perawi hadis ini adalah perawi yang terdapat dalam Al Bukhari & Muslim. Kecuali Syaddad bin Sa’id. Beliau hanya terdapat dalam shahih muslim dan hanya meriwayatkan satu hadis saja dalam shahih Muslim. Sebagian ulama, semacam Ahmad dan Ibn Ma’in menganggap Tsiqah perawi ini. Namun Al Bukhari mengatakan tentang perawi ini: “Shaduq namun hafalannya agak rusak.”… Ibn Hibban mengatakan: “Terkadang keliru.”
Sedangkan riwayat Syaddad bin Sa’id menyelisihi riwayat perawi yang lebih tsiqah, sebagai berikut:
Diriwayatkan oleh Basyir bin Uqbah dari Abul ‘Ala, dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu ‘anhu, secara mauquf (perkataan Ma’qil bin Yasar dan bukan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Ma’qil mengatakan: “Kalian bersengaja membawa jarum kemudian menusukkannya ke kepalaku, itu lebih aku sukai dari pada kepalaku dimandikan oleh wanita yang bukan mahram. (HR. Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf 3/15/17310)
Sementara Basyir bin Uqbah adalah perawi yang terdapat dalam shahih Al Bukhari dan Muslim. Oleh karena itu, riwayat Basyir bin Uqbah lebih didahulukan dari pada riwayat Syaddad bin Sa’id.” (Mushafahah Al Ajnabiyah hal. 30, dikutip dengan sedikit penyesuaian)
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa riwayat di atas bukanlah hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi perkataan sahabat Ma’qil bin Yasar radhiyallahu ‘anhu.
Kedua, Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ditetapkan (ditakdirkan) bagi setiap anak Adam bagian dari perbuatan zina. Pasti dia alami dan tidak bisa mengelak. Dua mata zinanya melihat, dua telinga zinanya mendengar, lidah zinanya berbicara, tangan zinanya menyentuh, kaki zinanya melangkah, hati zinanya berangan-angan, dan kemaluan yang akan membenarkan atau mendustakan itu semua.” (HR. Muslim 6925)
Beberapa keterangan untuk hadis ini:
An Nawawi mengatakan: “Bahwa setiap anak Adam ditakdirkan untuk melakukan perbuatan zina. Di antara mereka ada yang melakukan zina sesungguhnya, yaitu memasukkan kemaluan ke dalam kemaluan. Di antara mereka ada yang zinanya tidak sungguhan, dengan melihat hal-hal yang haram, atau mendengarkan sesuatu yang mengarahkan pada perzinaan dan usaha-usaha untuk mewujudkan zina, atau dengan bersentuhan tangan, atau menyentuh wanita asing dengan tangannya, atau menciumnya…” (Syarh Shahih Muslim, 8/457)
Ibn Hibban memasukkan hadis ini dalam kitab Shahihnya. Beliau meletakkan hadis ini di bawah judul: “Bab Penggunaan istilah zina untuk tangan yang menyentuh sesuatu yang tidak halal.” (Shahih Ibn Hibban, 10/269)
Dalam kesempatan yang lain, Ibn Hibban memberikan judul: “Bab, digunakan istilah zina untuk anggota badan yang melakukan suatu perbuatan yang merupakan cabang dari perzinaan.” (Shahih Ibn Hibban, 10/367)
Penamaan judul Bab dalam kitab shahihnya yang dilakukan Ibn hibban di sini menunjukkan bahwa beliau memahami bahwa kasus pelanggaran yang dilakukan anggota tubuh yang mengantarkan zina adalah bentuk perbuatan zina. Karena penamaan judul bab para penulis hadis adalah pernyataan pendapat beliau.
Al Jas-shas mengatakan: “Digunakan istilah zina untuk kasus ini dalam bentuk majaz (bukan zina sesungguhnya dengan kemaluan, -pen).” (Ahkam Al Qur’an, 3/96)
Kesimpulannya, istilah zina bisa digunakan untuk semua anggota badan yang melakukan pelanggaran, karena perbuatan tersebut merupakan pengantar terjadinya perzinaan. Sedangkan zina yang hakiki adalah zina kemaluan.
Dengan hadis kedua ini (hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu) dapat disimpulkan bahwa jabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahram dengan disertai syahwat adalah perbuatan haram baik oleh orang muda maupun tua, karena perbuatan ini termasuk bagian perbuatan zina.
Ketiga: Penjelasan Sinqithi yang berdalil dengan perintah untuk menundukkan pandangan.
Allahu a’lam…

TOPENG EMANSIPASI

· 0 komentar

Penukil :Abu Hamzah Al-indrimi
Penyusun: Ummu Khadijah dan Ummul HasanMuraja’ah: Ust. Aris Munandar
Saudariku yang semoga dirahmati Allah, sudah tidak asing terdengar di telinga kita bahwa baiknya wanita akan menjadi kunci kebaikan umat. Peran dan partisipasi seorang wanita adalah suatu hal yang sangat penting. Wanita laksana pedang bermata dua, jika ia baik dan menunaikan tugas-tugas utamanya sesuai dengan yang Allah gariskan maka ia bagaikan batu-bata yang baik bagi bangunan masyarakat Islam. Namun jika ia telah menyimpang dari syari’at yang Allah tetapkan, maka ia ibarat pedang yang akan merusak dan menghancurkan umat.
Emansipasi Wanita
Musuh-musuh Islam sangat paham bahwa peran wanita muslimah sangat penting dalam membangun masyarakat Islam. Oleh karena itu, mereka selalu berusaha menyerang Islam melalui kaum wanitanya. Salah satu upaya tersebut adalah dengan menghancurkan wanita muslimah melalui “emansipasi”. Mereka menamakan emansipasi sebagai gerakan yang membebaskan wanita dari kezhaliman dan untuk memenuhi hak-hak mereka secara adil (menurut mereka) –dengan slogan toleransi, kebebasan wanita, persamaan gender, dan sebagainya.
Namun ketahuilah wahai Saudariku, emansipasi tumbuh dari sistem sekuler yang memisahkan antara kehidupan dan nilai agama. Mereka menginginkan wanita menjadi pesaing bagi laki-laki dan memperebutkan kedudukan dengan kaum laki-laki. Wanita dalam konsep mereka ibarat barang dagangan yang dipajang di etalase, yang siap dijadikan tontonan bagi para hamba syahwat dan menjadi budak nafsu mereka. Na`udzubillah, mereka juga berusaha menjauhkan wanita dari hijab dan rumah-rumah mereka, mengabaikan pengasuhan anak dengan mengatakan bahwa mengasuh anak tidak mendatangkan materi, membunuh kreatifitas dan menghambat potensi sumber daya manusia kaum wanita. Coba kita perhatikan, betapa menyedihkannya pemikiran mereka ini yang memandang baik buruknya kehidupan dari sudut pandang materi.
Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dengan syubhat-syubhat (kerancuan) yang mereka lontarkan. Mungkin secara sepintas, wacana emansipasi mampu menjawab problematika wanita dan mengangkat harkatnya tapi tidaklah mungkin itu diraih dengan mengorbankan kehormatan dan harga diri wanita. Sungguh, tak akan bisa disatukan antara yang haq dengan yang bathil. Mereka tidaklah ingin membebaskan wanita dari kezhaliman tetapi sesungguhnya merekalah yang ingin bebas menzhalimi wanita!!!
Wanita Dalam Islam
Islam benar-benar memperhatikan peran wanita muslimah, karena di balik peran mereka inilah lahir pahlawan dan pemimpin agung yang mengisi dunia dengan hikmah dan keadilan. Wanita begitu dijunjung dan dihargai perannya baik ketika menjadi seorang anak, ibu, istri, kerabat, atau bahkan orang lain.
Saat menjadi anak, kelahiran anak wanita merupakan sebuah kenikmatan agung, Islam memerintahkan untuk mendidiknya dan akan memberikan balasan yang besar sebagaimana dalam hadits riwayat `Uqbah bin ‘Amir bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,
“Barangsiapa yang mempunyai tiga orang anak wanita lalu bersabar menghadapi mereka dan memberi mereka pakaian dari hasil usahanya maka mereka akan menjadi penolong baginya dari neraka.” (HR. Ibnu Majah: 3669, Bukhori dalam “Adabul Mufrod”: 76, dan Ahmad: 4/154 dengan sanad shahih, lihat “Ash-Shahihah: 294).
Ketika menjadi seorang ibu, seorang anak diwajibkan untuk berbakti kepadanya, berbuat baik kepadanya, dan dilarang menyakitinya. Bahkan perintah berbuat baik kepada ibu disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebanyak tiga kali baru kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan perintah untuk berbuat baik kepada ayah. Dari Abu Hurairah berkata,
“Datang seseorang kepada Rasulullah lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak untuk menerima perbuatan baik dari saya?’ Rasulullah menjawab, ‘Ibumu,’ dia bertanya lagi, ‘Lalu siapa?’ Rasulullah menjawab, ‘Ibumu,’ dia bertanya lagi, ‘Lalu siapa?’ Rasulullah kembali menjawab, ‘Ibumu,’ lalu dia bertanya lagi, ‘Lalu siapa?’ Rasulullah menjawab, ‘Bapakmu.’” (HR. Bukhori: 5971, Muslim: 2548)
Begitu pun ketika menjadi seorang istri, Islam begitu memperhatikan hak-hak wanita sebagaimana disebutkan dalam surat An-Nisa’ ayat-19 yang artinya:
“…Dan pergaulilah mereka (para istri) dengan cara yang baik…”
Dan saat wanita menjadi kerabat atau orang lain pun Islam tetap memerintahkan untuk mengagungkan dan menghormatinya. Banyaknya pembahasan tentang wanita di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah menunjukkan kemuliaan mereka. Karena sesuatu yang banyak dibahas dan mendapat banyak perhatian tentunya adalah sesuatu yang penting dan mulia. Lalu masih adakah yang berani mengatakan bahwa Islam menzhalimi wanita?!
Wahai saudariku, demikianlah syari’at Islam menempatkan wanita di singgasana kemuliaan. Adapun di zaman sekarang, kenyataan yang terjadi di masyarakat sungguh jauh dari itu semua. Penyebabnya tidak lain adalah karena jauhnya umat Islam dari pemahaman yang benar terhadap agama mereka. Seringkali ada orang yang menjadikan kesalahan orang lain sebagai hujjah (argumentasi) baginya untuk turut berbuat kesalahan yang sama. Terkadang pula orang-orang menilai syari’at Islam dari perilaku orang-orang yang menyatakan bahwa mereka beragama Islam, namun pada hakekatnya perilaku mereka belumlah menggambarkan yang demikian. Oleh karena itu wahai Saudariku, janganlah menjadikan perilaku manusia sebagai dalil. Jadikanlah Al-Qur`an dan Sunnah dengan pemahaman para shahabat sebagai petunjuk bagi kita. Sungguh kita berlindung kepada Allah dari butanya hati dan akal dari kebenaran. Wallahul musta’an

Mengenai Saya

Foto saya
aku hanya insan biasa , tiada ape yg istimewa.

Kritik dan saran


ShoutMix chat widget

Live Traffic Feed

Hiburan